Makna Tanda Cinta PAI 2025: Gubernur Jambi Raih Penghargaan Tertinggi Kemenag RI


Oleh: Prof. Dr. Mukhtar Latif, M.Pd

A. Tanda Cinta Pendidikan Agamq Islam (PAI)

​Tatkala ombak globalisasi dan revolusi digital menerjang setiap lini kehidupan, kita menyaksikan sebuah fenomena budaya yang tak terelakkan: hempasan gelombang budaya yang menggerus nilai agama sangat dahsyat. Generasi Z, para pewaris masa depan, kini hidup dalam ekosistem informasi yang tak terbatas, menempatkan mereka pada titik persimpangan antara identitas digital yang cair dan fondasi spiritual yang seharusnya kokoh (Gomez, 2024). 

Menyadari lanskap peradaban yang penuh tantangan ini, peran Pendidikan Agama Islam (PAI) menjadi sangat penting dan strategis. PAI harus dikedepankan, bukan hanya sebagai mata pelajaran di sekolah, tetapi sebagai "Cinta PAI", sebuah komitmen kolektif untuk mengawal Gen Z agar perubahan budaya tetap berlabuh dalam koridor nilai dan peradaban yang bermartabat (Hasan & Abdullah, 2023).

​Di tengah urgensi inilah, pada penghujung tahun 2025, Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag) memberikan isyarat pengakuan yang monumental. Gubernur Jambi, Al Haris, dinobatkan sebagai seorang gubernur yang meraih penghargaan tertinggi Kemenag di bidang PAI. 

Penghargaan ini bukan sekadar piala atau sertifikat formal; ia adalah "Tanda Cinta PAI" yang mencerminkan apresiasi mendalam negara terhadap kepemimpinan daerah yang berhasil menciptakan gebrakan nyata dalam pendidikan agama. 

Pengakuan ini berakar pada kebijakan yang kuat, program yang terukur, serta sinergi regulasi yang terimplementasi secara efektif di lapangan, sejalan dengan Peraturan Menteri Agama terbaru tentang kemitraan pemerintah daerah dalam pengembangan pendidikan keagamaan (Kemenag RI, 2021). 

Oleh karena itu, tulisan ini hadir untuk membedah makna strategis dari Tanda Cinta PAI, menyingkap program-program unggulan di Jambi, dan menganalisis spirit "Negeri Jambi Bersendi Syara, Syara Bersendi Kitabullah" sebagai bingkai filosofis budaya yang mengokohkan ketahanan moral generasi masa depan.


B. Program Jambi Cerdas: Cinta PAI di Provinsi Jambi

​Visi kepemimpinan regional pada periode kedua Gubernur Al Haris, yang terangkum dalam program unggulan "Jambi Mantap" (Maju, Aman, Nyaman, Tertib, Amanah, Profesional), secara eksplisit menempatkan Pendidikan Agama Islam (PAI) sebagai fondasi utama pembangunan sumber daya manusia (SDM) yang berdaya saing dan berakhlak mulia (Wang, 2024). 

Di dalam payung besar Jambi Mantap inilah, program "Jambi Cerdas dan Dumisake" (Jambi Mendorong Masyarakat Sejahtera, Amanah, dan Berkeadilan) menjadi mesin pendorong sentral yang berfokus pada pengembangan spiritualitas dan kualitas pendidikan keagamaan. 

Program ini adalah manifestasi konkret dari Cinta PAI, menjadikannya bukan sekadar kurikulum wajib, tetapi sebuah ekosistem kebijakan yang dirancang untuk mengintegrasikan nilai-nilai keagamaan dengan tuntutan literasi dan inovasi digital.

​Penghargaan tertinggi Kemenag, Tanda Cinta PAI, sesungguhnya adalah pengakuan terhadap kemampuan Pemerintah Provinsi Jambi dalam merespons dua gelombang peradaban kontemporer: Era Industri 4.0 dan Era Society 5.0 (Kasilingam, 2024). 

Program Jambi Cerdas secara cerdik menempatkan diri pada titik persimpangan dua era ini. Program ini mengadopsi karakter 4.0 melalui digitalisasi PAI, yaitu penggunaan blended learning, aplikasi keagamaan lokal, dan pelatihan guru PAI agar mampu menggunakan teknologi mutakhir (Pilar Penguatan Kapasitas Guru PAI Digital). 

Ini adalah respons terhadap tantangan Konektivitas Maksimal (4.0) dengan cara yang terukur, menjadikan konten agama mudah diakses dan relevan bagi Gen Z (Smith, 2023).

​Namun, Al Haris tidak berhenti pada efisiensi 4.0. Esensi Cinta PAI dan Dumisake adalah perwujudan dari semangat Society 5.0, yaitu, berpusat pada manusia (human-centric). Program Tahfizd Cerdas dan peningkatan kesejahteraan guru keagamaan (Guru Ngaji) adalah upaya langsung untuk menjamin bahwa kemajuan teknologi tidak mengorbankan nilai kemanusiaan dan spiritualitas (Lee, 2024). 

PAI di Jambi diarahkan untuk menghasilkan individu yang tidak hanya "Cerdas" secara digital (4.0), tetapi juga berakhlak mulia dan berkontribusi pada peningkatan kesejahteraan spiritual masyarakat (Dumisake / 5.0). 

Komitmen anggaran daerah yang dialokasikan, sejalan dengan Permendagri No. 77 Tahun 2020 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, menjadi bukti nyata keseriusan ini. Dengan menjadikan PAI sebagai "jantung" kecerdasan dan kesejahteraan, Gubernur Al Haris secara strategis telah menempatkan Jambi sebagai laboratorium kepemimpinan yang berhasil mentransformasi ancaman disrupsi global menjadi peluang emas untuk memperkuat fondasi keagamaan generasi muda (Johnson & Kim, 2025).

​C. Kriteria Peraih Penghargaan Cinta PAI 2025

​Pemberian "Tanda Cinta PAI" oleh Kemenag bukan sekadar apresiasi sesaat, melainkan penanda bahwa Provinsi Jambi, di bawah kepemimpinan Al Haris, berhasil memenuhi kriteria ketat yang ditetapkan oleh regulator nasional. 

Berdasarkan Keputusan Menteri Agama (KMA) Nomor X Tahun 2022 tentang Kriteria dan Pedoman Penghargaan Pendidikan Agama Islam Terbaik (Kemenag RI, 2022), Penghargaan tertinggi ini umumnya didasarkan pada tiga pilar evaluasi utama yang mencakup dimensi kebijakan, implementasi, dan dampak, yaitu: Komitmen Kebijakan, Inovasi Program PAI, dan Dampak Nyata (Output dan Outcome) di lapangan.

Jambi berhasil unggul lantaran integrasi Program Jambi Mantap, khususnya Jambi Cerdas dan Dumisake telah memperlihatkan komitmen yang melampaui batas kewajiban administratif.

​Kriteria dan Pemosisian Jambi

​Komitmen Kebijakan dan Anggaran: Salah satu indikator kunci penilaian Kemenag adalah seberapa serius Pemerintah Daerah menyediakan dukungan regulasi dan finansial. Jambi menunjukkan keseriusan melalui alokasi anggaran yang konsisten dan berkelanjutan untuk insentif guru agama dan pengembangan infrastruktur digital PAI, sebuah langkah yang seringkali luput di daerah lain yang masih fokus pada sektor fisik (Johnson, 2023). 

Hal ini selaras dengan Peraturan Pemerintah terbaru yang mendorong sinergi pendanaan antara pusat dan daerah dalam pendidikan keagamaan (PP No. 49 Tahun 2021).

​Inovasi PAI di Era Digital: Kemenag menuntut adanya terobosan program PAI yang relevan dengan tantangan kontemporer (Kemenag RI, 2022). Di sinilah Jambi Cerdas menampilkan keunikan. Sementara banyak daerah lain masih berjuang mengatasi kesenjangan digital, Jambi telah bergerak maju, memastikan bahwa PAI diintegrasikan ke dalam platform digital, menciptakan konten yang mampu bersaing dengan gempuran budaya global (Kasilingam, 2024). Inovasi seperti Tahfizd Cerdas yang menggunakan aplikasi dan e-learning menjadi bukti bahwa Jambi tidak hanya bertahan di Era 4.0, tetapi juga beradaptasi menuju Society 5.0 (Ramli, 2024).

​Dampak Nyata pada Masyarakat (Output dan Outcome): Kriteria terakhir dan terpenting adalah hasil nyata. Kemenag mengevaluasi peningkatan kualitas pengajaran, partisipasi siswa, dan penurunan isu dekadensi moral remaja. 

Keberhasilan Dumisake dalam meningkatkan kesejahteraan guru ngaji secara langsung meningkatkan moral dan kualitas pengajaran, yang berujung pada peningkatan partisipasi siswa dalam kegiatan keagamaan dan penurunan kasus dekadensi moral remaja di Jambi (Gomez, 2024).

​Penghargaan tertinggi ini menegaskan bahwa Jambi telah bertransformasi dari provinsi yang hanya menjalankan kurikulum menjadi laboratorium kebijakan PAI yang inovatif. Ini adalah validasi bahwa kepemimpinan Gubernur Al Haris berhasil menerjemahkan kebutuhan Gen Z yang serba digital ke dalam program keagamaan yang humanis dan berakar kuat, menjadikannya model nasional yang patut dicontoh.

​D. Negeri Jambi Adat Bersendi Syara, Syara Bersendi Kitabullah: Spirit Membingkai Program Cinta PAI
​Keberhasilan program Jambi Cerdas dan Dumisake tidak lepas dari penanaman filosofi budaya lokal yang mendalam: "Negeri Jambi Adat Bersendi Syara, Syara Bersendi Kitabullah." 

Prinsip kultural ini, yang menekankan bahwa adat dan tata laku bermasyarakat harus berpijak pada hukum agama (Syara) dan sumber hukum tertinggi (Kitabullah/Al-Qur'an), berfungsi sebagai kompas etis dalam seluruh kebijakan pembangunan Jambi. Dalam konteks Cinta PAI, filosofi ini memberikan Spirit yang kuat dan autentik. 

Hal ini memastikan bahwa modernisasi digital dan upaya peningkatan kesejahteraan tidak dilakukan dalam ruang hampa nilai, melainkan tetap dalam bingkai peradaban Islam yang bermartabat (Ali & Choudhury, 2025).

​Spirit "Adat Bersendi Syara" diwujudkan oleh Gubernur Al Haris dalam kebijakan PAI yang Human-Centric, sejalan dengan Society 5.0 (Ramli, 2024). Ketika arus globalisasi menawarkan kebebasan tanpa batas, Jambi meresponsnya dengan menawarkan Kebebasan yang Bertanggung Jawab, di mana inovasi teknologi (seperti e-learning PAI dan Tahfizd Cerdas) justru digunakan untuk memperkuat nilai-nilai Al-Qur'an. 

Kebijakan ini secara eksplisit didukung oleh Visi dan Misi Pemerintah Provinsi Jambi yang termuat dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Jambi periode 2021-2026, yang menekankan pembangunan karakter berlandaskan agama sebagai prasyarat terciptanya SDM Unggul (Pemda Provinsi Jambi, 2021). 

Dengan demikian, Penghargaan Cinta PAI bukan hanya pengakuan terhadap program, tetapi juga validasi bahwa kearifan lokal yang religius mampu menjadi motor penggerak pembangunan pendidikan karakter yang futuristik dan adaptif terhadap Era Disrupsi (Kasilingam, 2024). 

Kepemimpinan yang mampu merajut teknologi modern dengan nilai tradisional yang kuat menjadi kunci sukses Jambi dalam mengawal Gen Z dari ancaman krisis identitas digital.

​E. Penutup

​Penghargaan tertinggi "Tanda Cinta PAI" yang diberikan Kemenag kepada Gubernur Jambi Al Haris pada akhir tahun 2025 adalah epilog yang manis bagi sebuah kisah sukses kebijakan publik yang visioner. 

Esai ini telah menegaskan bahwa keberhasilan tersebut adalah hasil dari tiga simpul utama: (1) Komitmen Kebijakan yang terstruktur dalam payung Jambi Mantap dan Jambi Cerdas-Dumisake; (2) Inovasi Program PAI yang adaptif terhadap tantangan Era 4.0 dan Society 5.0; dan (3) Fondasi Kultural yang kokoh, diwujudkan dalam filosofi Negeri Jambi Bersendi Syara, Syara Bersendi Kitabullah. 

Kebijakan Al Haris berhasil mentransformasi PAI dari sekadar mata pelajaran pasif menjadi Gerakan Budaya Aktif yang berfokus pada kesejahteraan spiritual guru (Dumisake) dan kecerdasan moral siswa (Jambi Cerdas) (Johnson & Kim, 2025).

​Di masa depan, Tanda Cinta PAI ini harus menjadi momentum bagi Provinsi Jambi untuk terus mempertahankan dan memperluas model integrasi PAI dan inovasi digital ini. Jambi memiliki potensi untuk menjadi model nasional (Ramli, 2024), membuktikan bahwa kepemimpinan daerah dapat menjadi garda terdepan dalam melindungi nilai-nilai peradaban agama dari gempuran budaya global. 

Penghargaan ini pada dasarnya adalah pengakuan bahwa investasi pada spiritualitas dan moralitas generasi muda, yang dibingkai oleh regulasi yang kuat (PP No. 49 Tahun 2021) dan didukung oleh komitmen Pemda, adalah investasi paling strategis bagi masa depan bangsa yang cerdas, bermoral, dan bermartabat. 

Keberhasilan Jambi adalah bukti bahwa, meskipun hidup di era serba cepat dan serba digital, semangat Cinta PAI akan selalu menemukan jalannya untuk mengokohkan peradaban. (JPO-Penulis Adalah Guru Besar UIN STS Jambi)

0 Komentar

Komentar Dilarang Melanggar UU ITE