Info Terkini

10/recent/ticker-posts

Widget HTML

 


Kota Jambi, Hilangnya Transportasi Angkutan Kota dan Bus Kapsul Pertama Jadi Rongsokan?

Angkutan kota yang melintasi jalan kawasan pusat perbelanjaan WTC Angso Duo Kota Jambi, Kamis (25/4/2025). (Foto: Asenk Lee Saragih)

Jambipos Online, Jambi
-Siang itu terik matahari memanaskan ubun-ubun kepala. Tampak sebuah angkutan kota berwarna kuning berhenti menunggu penumpang. Sesaat sopir angkot itu keluar dari belakang kemudi dan berjalan kebelakang angkot miliknya yang tengah parkir sejenak menanti penumpang.

Begitu suasana angkutan kota yang melintasi jalan kawasan pusat perbelanjaan WTC Angso Duo Kota Jambi, Kamis (25/4/2025). Kini sudah sangat jarang ditemui di Kota Jambi, angkutan umum. Bahkan keberadaan angkot dari berbagai jurusan di dalam Kota Jambi yang dulunya titik kumpul di Terminal Rawasari, Pasar Kota Jambi, kini tinggal cerita.

Bahkan Terminal Rawasari Pasar Kota Jambi yang kini sudah dibangun, seperti mubajir karena hanya hitungan jari angkot yang mampir di terminal yang dulunya sangat padat manusia itu. Medio 2000 hingga 2015, angkot masih jadi andalan sarana angkutan umum masyarakat Kota Jambi dari berbagai jurusan dalam Kota Jambi.  

Seiring perkembangan jaman dan teknologi, sepeda motor mulai banyak dibeli masyarakat karena harga terjangkau dan bisa dibayar secara kredit. Akhirnya orang tuapun banyak memilih membekali anaknya sepeda motor, meski belum waktunya mengendarai motor karena belumj cukup umur. 

Akibatnya, korban lalulintaspun dikalangan pelajar terus terjadi. Meski tak memiliki data yang menunjukkan lakalantas dikalangan pelajar, setidaknya pelajar SMPN 14 Kota Jambi, selama tak ada lagi angkutan kota dijalur itu, hampil belasan korban tewas sudah terjadi. 

Bahkan hilangnya angkutan kota, tak terlepas dari masuknya transportasi berbasis aplikasi seperti Gojek, Grab dan semacamnya. Misalnya, pagi itu sekelompok keluarga tampak menunggu di pintu gapura Lorong Bersama, di Jalan Sumatera Kelurahan Kebun Handil, Kecamatan Jelutung Kota Jambi. Saat itu seorang pria dari keluarga itu tampak memegang telepon gengam jenis Adroid sembari melihat ke jalan. 

Seketika itu juga muncul sebuah mobil sedan putih berplat nomor polisi hitam, layaknya mobil pribadi. Ternyata kelompok keluarga yang terdiri dari tujuh orang itu tengah menunggu angkutan “Gocar” atau "Grabcar" yang sudah dipesan lewat aplikasi Adriod. 

Tujuan mereka memesan “Gocar” ini tak jauh pula, hanya untuk menuju Tanggo Rajo, Depan Rumah Dinas Gubernur Jambi yang tengah berlangsung Karnaval Mobil Hias HUT RI Ke 72, Sabtu (19/8/2017) saat itu. Padahal jalur yang tempat sekeluarga menunggu “Gocar” itu merupakan jalur angkutan kota Perumnas Kotabaru-Pasar Jambi. 

Namun keluarga ini lebih memilih “Gocar” dibandingkan angkot dijalur itu. Angkutan berbasis aplikasi ini sudah mulai akrab ditengah masyarakat Kota Jambi. Selain “Gocar” ada juga “Gojek” yang tak kalah ramainya menghiasi persaingan transportasi di Kota Jambi. Kini transportasi berbasis aplikasi sudah lebih tren ditengah masyarakat. 

Selain kenyamanan penumpang dan ongkos terjangkau, angkutan berbasis aplikasi ini juga mudah dipesan dimana saja, hanya dengan telepon adroid. Berkembangknya transportasi berbasis aplikasi ini, telah meredupkan transportasi konfensional seperti angkutan kota dan taksi. 

Yang masih tersisa, Kamis (25/4/2024). (Foto: Asenk Lee Saragih)

Angkot Hilang

Berdasarkan data dari Ketua Organda Provinsi Jambi Syafriadi, tahun 2017 silam, bahwasanya jumlah angkot semakin tahun menurun. Terakhir jumlah angkot sekitar 300 unit, sebelumnya berjumlah 1.036 unit. Hal ini disebabkan karena rendahnya antusias masyarakat untuk menggunakan jasa kendaraan umum ini. 

Ada beberapa hal yang menjadi alasan rendah nya minat masyarakat untuk menggunakan jasa angkot ini. Pertama, usia dari kendaraan tersebut sudah tua, rata rata lebih dari 10 tahun, sehingga masyarakat kurang merasa nyaman untuk menggunakan jasa angkutan kota tersebut. 

Kedua, masyarakat lebih memilih jasa ojek terutama ojek online (Gojek), karena untuk menggunakan jasa tersebut relitif lebih mudah. Ketiga, hilangnya minat masyarakat untuk menggunakan kendaraan umum, karena supir angkot yang ugal-ugalan, seperti menyalip sambil ngebut, melanggar lampu lalu lintas, menurunkan orang ditengah jalan bahkan penumpang melampaui jumlah kapasitas angkot. Berdasarkan data diatas perlu ada inovasi. 

Hilangnya angkot ini, juga akibat minimnya dukungan dari Pemerintah Kota Jambi agar kendaraan umum mendapat subsidi peremajaan atau semacamnya. Pemerintah belum memberikan pemberdayaan dan bantuan kepada supir angkutan umum seperti, diklat untuk supir dan memberikan bantuan angkot. 

Kemudian belum adanya persaingan sempurna pada supir angkot agar pemerataan pendapatan, maka perlakukan penyamaan warna pada angkot. Sehingga dimana tempat yang ramai penumpang, maka angkot bebas leluasa berpindah tempat sesuai dengan banyak nya demand terhadap angkot. 

Pemkot Jambi juga abai membangun sejumlah halte di jalur angkot di jalan-jalan protokol dan pintu permukiman warga. Hal ini seharusnya sejalan dengan pembinaan angkutan kota sehingga pembangunan halte sia-sia dikemudian hari.

Kehadiran angkutan berbasis aplikasi di Kota Jambi sempat mendapat perlawanan dari para supir angkutan kota di Kota Jambi, bahkan sampai para supir melakukan unjukrasa. Pasalnya keberadaan transportasi online yang kini mulai ramai di Kota Jambi, dinilai terlalu berlebihan. Aksi unjukrasa yang dilakukan para sopir angkot dilakukan Rabu 8 November 2017 silam. 

Rencananya para sopir angkot saat itu juga menuntut pemerintah  untuk menghentikan seluruh transportasi online. Selain itu, segera memenuhi Terminal Rawasari agar dapat berfungsi dengan baik, bukan malah dialihfungsikan ke jasa transportasi yang tidak sesuai dengan peraturan pemerintah.

Koja Trans hadir di Kota Jambi Tahun 2019 lalu. (IST)


Pernah Muncul Koja Trans

Warga Kota Jambi sempat mengenal bus "Si Tayo" nya Indonesia yang diberi nama Koja Trans, dan merupakan capsule bus pertama di Indonesia. Bus kapsul berbasis aplikasi ini pertama kali diluncurkan oleh Pemerintah Kota Jambi di tengah pengusungan Kota Pintar Jambi
Oktober 2019 lalu.

Karakter Tayo The Little Bus? Karakter bus biru kecil yang digambarkan sebagai sosok yang ceria dan kadang-kadang nakal. Karakter ini sangat digandrungi oleh anak-anak. Melihat karakter Tayo yang sangat digandrungi oleh anak-anak, Multi Inti Digital Bisnis terinspirasi untuk membuat bus yang tidak hanya digandrungi oleh anak-anak, tapi generasi milenial.

Bus yang bisa dipanggil melalui aplikasi gawai pintar yang akan menjemput dan mengantar kita ke tujuan. Inilah Si Tayo-nya Indonesia yang diberi nama Koja Trans, dan merupakan capsule bus pertama di Indonesia. Bus kapsul berbasis aplikasi ini pertama kali diluncurkan oleh Pemerintah Kota Jambi di tengah pengusungan Kota Pintar Jambi.

Sebenarnya, bus kapsul ini sudah ada sejak Oktober 2019 lalu dan animo penggunanya di Jambi sudah sangat besar. Di tahun pertama peluncuran, Koja Trans hanya memasang tarif Rp1 saja. Penggunanya kini sudah lebih dari target 1.000 pengguna.

“Sudah lewat. Kami di titik tertinggi per hari sudah mencapai 2.000 pengguna. Kalau dari segi downloader aplikasi sudah mencapai 32 ribuan,” ungkap CEO Multi Inti Ditigal Bisnis, Subhan Novianda, yang dikutip oleh Warta Ekonomi saat itu. Jika masa promo sudah berakhir, perusahaan akan menetapkan tarif. Tenang saja, tarifnya akan lebih terjangkau.

Kota Jambi Pertama

Subhan Novianda mengungkap bahwa secara demografi Jambi adalah kota yang cukup besar. Ada sekitar 600 ribu penduduk di sana. Salah satu permasalahannya yang terjadi adalah makin berkurangnya animo masyarakat untuk menggunakan angkutan umum.

Konsep Smart City atau Kota Pintar yang diusung oleh Pemkot Jambi juga sebagai salah satu alasannya. Salah satu upaya untuk mewujudkan hal tersebut adalah mengubah kebiasaan masyarakat agar beraktivitas menggunakan angkutan umum. Terutama angkutan berbasis teknologi seperti kota-kota besar lainnya. Serta menjadi alternatif angkutan umum yang nyaman. “Lalu di-endorse juga oleh walikota Jambi Syarif Fasha yang pro digital,” jelas Subhan Novianda.

Subhan Novianda juga mengungkapkan bahwa konsep model bisnis Bus Kapsul ini adalah on demand transportation. Di tahun 2020, Multi Inti Digital Bisnis punya target untuk bisa masuk Jakarta dan Bandung.

Sedangkan untuk dari segi pengguna, perusahaan menargetkan riil pengguna di tahun 2020 sampai 5.000 pengguna per hari. Cara menggunakan Bus Kapsul ini hampir sama dengan cara memesan transportasi ojek daring. Hanya saja bus ini punya rute khusus. Bisa menggunakan layanan ini jika tujuannya melewati rute yang tersedia. 

Untuk menggunakan Bus Kapsul, yang harus pertama kali dilakukan adalah mengunduh aplikasi ''Capsule Bus'' dengan logo bus berwarna biru. Sayangnya, aplikasi ini baru ada di layanan play store android. Mudah-mudahan kedepannya aplikasi ini akan tersedia untuk pengguna iOS.

Setelah itu, ikuti proses pendaftaran seperti biasa. Layanan aplikasi sudah bisa digunakan setelah penumpang sudah memasukkan kode verifikasi yang dikirim melalui SMS pada nomor yang didaftarkan. Lalu masukkan nomor yang didaftarkan dengan memulai dengan angka 8 serta password yang sudah dibuat.

Selanjutnya, Lalu pilih rute yang diinginkan. Rute yang tersedia antara lain:

1 A : Terminal Alam Barajo–Simpang Rimbo–Tugu Juang–Simpang Kawat–Simpang Pulai Tugu Pers–Masjid Agung Al Falah–Pasar Angso Duo–WTC Batanghari–Terminal Rawasari.

1 B : Terminal Alam Barajo–Simpang Rimbo–Pattimura–Tugu Juang–Sipin TAC–Kebun Jeruk–Simpang Pulai–Tugu Pers–Masjid Agung–Al Fallah–Pasar Ango Duo–WTC Batanghari–Terminal Rawasari.

2 A : Terminal Paal 10–Terminal Paal 9–Terminal Paal 7–Terminal Paal 6–Tugu Keris–Asrama Haji–Kebun Handil–Jelutung–Lapangan Koni Terminal Rawasari.

2 B : Terminal Paal 10–Terminal Paal 9–Terminal Paal 6–Tugu Keris–Taman Perumnas–Kebun Handil Jelutung–Lapangan KONI Terminal Rawasari.

Setelah sudah memilih rute yang diinginkan dan tujuan yang diinginkan klik ''Pesan Sekarang'' tinggal tunggu Captain (panggilan pengemudi Koja Trans) menjemput kamu di posisi yang sesuai dengan rute yang dipilih.

Penumpang juga bisa melihat posisi Captain, lho. Karena Koja Trans sudah dilengkapi dengan GPS. Setelah Captain datang, pintu bus akan terbuka otomatis jika Kawan GNFI sudah tap kartu Flazz BCA, LinkAja, dan QRIS. Ketika masuk, Kawan GNFI akan menikmati nyamannya Bus Kapsul Koja Trans Tersebut.

Di dalamnya penumpang bisa menikmati fasilitas tempat duduk nyaman untuk 13-15 orang penumpang, belum termasuk kursi untuk kawan disabilitas. Lalu ada wifi dan charger ponsel gratis. Tidak lupa CCTV yang terintegrasi agar Kawan GNFI bisa terus merasa aman.

Ternyata kemewahan yang  Koja Trans yang diceritaan oleh CEO Multi Inti Ditigal Bisnis, Subhan Novianda, hanya kiasan semata, tanpa ada wujud nyatanya yang bisa dirasakan warga Kota Jambi. Wali Kota Jambi yang dijabat H Syarif Fasha saat itu hanya indah wacana, minim aksi nyatanya. 

Bus Kapsul Kota Trans Jadi "Rongsokan?"

Bus Kapsul Kota Trans Jadi "Rongsokan"

Sejak 2020 hingga kini Bus Kapsul Koja Trans tak ada terlihat di jalan raya Kota Jambi. Kata instansi yang menanganinya, situasi keuangan yang tidak stabil merupakan penyebabnya.

Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Jambi, Saleh Ridho (2020) mengatakan, sejak pandemi COVID-19 berlangsung, keuangan perusahaan pemilik Bus Kapsul Koja Trans sedang tidak stabil. Makanya, bus kapsul yang pertama di Indonesia itu, operasinya  sedang terkendala.

"Manajerial Bus Kapsul Koja Trans terkendala operasi keuangan. Perusahaan ini kan juga ditopang investasi," ujarnya, Rabu (21/4/2020).
Setidaknya, bus yang dikatakan mirip 'Tayo' itu, tidak berhenti beroperasi sepenuhnya. Masih bisa membawa penumpang yang menyewa.

Supaya Bus Kapsul Koja Trans dapat beroperasi seperti sedia kala, kata Saleh, Badan Usah Milik Negara (BUMD) Siginjai Sakti akan membentuk kolaborasi. "Jadi, kami juga akan berusaha agar BUMD kita dapat berkolaborasi untuk operasi Bus Kapsul Koja Trans," pungkasnya.

Usai covid 19, Meski Pemerintah Kota Jambi kini melaksanakan pra new normal, pihak Bus Trans Kota Jambi (Trans Koja) belum memutuskan untuk beroperasi. Dimana Trans Koja sebelumnya sempat dikenal sebagai kendaraan transportasi publik bagi masyarakat kota Jambi.

Terkait hal tersebut, Marketing Trans Koja, Eno Effendi membenarkan bahwa Trans Koja yang biasa dikenal masyarakat Kota Jambi sebagai Bus Tayo untuk saat ini memang belum beroperasi seperti biasa.

Terkait dengan operasi trans Koja untuk bookingan ia mengatakan, di awal Juni 2020 pihaknya sudah mulai membuka bookingan dan untuk operasi berjalan bus akan dimulai di pertengahan Juni 2020. 

Nama Bus Kapsul Koja Trans yang sempat dibanggakan Wali Kota Jambi H Syarif Fasha sebagai terobosan angkutan transportasi kota modern, smartc city, ternyata tinggal cerita semata. Sepuluh tahun menjabat sebagai Wali Kota Jambi, ternyata H Syarif Fasha "berhasil"menghilangkan angkutan kota dan terminal Simpang Kawat jadi bangunan tua dan Terminal Rawasari berupa bangunan saja.(JPO-Asenk Lee Saragih)

Berita Lainnya

Posting Komentar

0 Komentar