Info Terkini

10/recent/ticker-posts

Widget HTML

 


Harga TBS Sawit Masih Turun, Petani Tunda Panen Hingga 9 Mei 2022

Gumol Damanik, petani kelapa sawit di Bungku, Kabupaten Batanghari, Provinsi Jambi saat mengawasi proses panen TBS sawit baru-baru ini. (Jambipos/ Istimewa)

Jambipos, Jambi-
Belum stabilnya harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit, memaksa petani sawit di Jambi menunda panen hingga 9 Mei 2022. Meski menunda panen, namun petani sawit tetap memberikan tunjangan hari raya (THR) kepada pekerja harian lepas pemanen TBS kelapa sawit.

TI Dabukke, petani sawit di Pijoan Muarojambi kepada Jambipos, Sabtu pagi (30/4/2022) menyebutkan, harga TBS sawit turun hingga Rp 700/Kg. Selain itu, pabrik kelapa sawit di Jambi banyak menutup sementara operasionalnya. 

“Saya terpaksa menunda panen TBS hingga 9 Mei 2022. Pasalnya saat ini harga belum stabil dan turun sekitar Rp 500 hingga Rp 700/Kg. Meski menunda panen, tapi pekerja lepas pemanen TBS tetap saya berikan THR yang cukup. Sehingga mereka tetap bisa merayakan sukacita Idul Fitri 1443 H bersama keluarga,” ujar TI Dabukke.

Hal senada juga diutarakan Gumol Damanik, petani sawit di Bungku, Kabupaten Batanghari. Kata Gumol Damanik, dirinya juga menunda panen TBS sawit hingga 9 Mei 2022. Harga rata-rata turun Rp 700/Kg, sehingga menjeda panen. 

“Saya juga minta pekerja pemanen untuk menunda  panen TBS sawit. Kalau dipanen sekarang, ruginya banyak. Tapi masih bisa ditunda panen hingga 9 Mei 2022. Ditunda hingga sepekan tidak membuat TBS rusak,” ujar G Damanik.

“Meski menunda panen, saya tetap memberikan THR kepada pekerja panen, bahkan saya kasih lebih dari upah mereka biasanya. Kita tetap bersyukur dengan keadaan ini. Fluktuasi harga TBS sawit harus disikapi dengan bijak dan ucapan syukur,” ujar Gumol Damanik.
 
Sementara R Damanik, petani sawit plasma di Merlung, Kabupaten Tanjung Jabung Barat mengatakan, turunnya harga TBS sawit tidak berdampak langsung kepada petani sawit plasma. Pasalnya kemitraan petani dengan perusahaan sudah diatas kontrak sehingga tidak berpengaruh soal fluktuasi harga TBS sawit.

“Kalau petani sawit plasma tidak ada pengaruhnya dengan turunnya harga TBS sawit sepekan terakhir. Sebab kemitraan petani dengan perusahaan, seperti kami PT Kirana, tidak berpengaruh soal harga. Karena kerjasama kemitraan itu sudah kontrak,” ujar R Damanik.

Harga TBS Sawit          

Merujuk hasil dari tim penetapan harga Tandan Buah Segar (TBS) Sawit Provinsi Jambi, harga TBS Kelapa Sawit Provinsi Jambi periode 29 April – 05 Mei 2022 dan  6-12 Mei 2022 (dua minggu), telah menyepakati harga sawit umur 10 - 20 tahun naik Rp 33,08/Kg menjadi Rp 3.784,70/Kg.

Berikut harga sawit Provinsi Jambi berdasarkan penelusuran Jambipos, sawit umur 3 tahun Rp Rp 2.970,22/Kg; sawit umur 4 tahun Rp 3.156,48/Kg; sawit umur 5 tahun Rp 3.302,88/Kg; sawit umur 6 tahun Rp 3.441,76/Kg; sawit umur 7 tahun Rp 3.528,78/Kg; sawit umur 8 tahun Rp 3.602,49/Kg.

Sementara sawit umur 9 tahun Rp 3.674,27/Kg dan sawit umur 10-20 tahun Rp 3.784,70/Kg, sawit umur 21-24 tahun Rp 3.668,79/Kg, dan sawit umur 25 tahun Rp 3.496,73/Kg. Dimana harga minyak sawit mentah (CPO) ditetapkan Rp 15.940,53/Kg dan harga Kernel Rp 10.023,95/Kg dengan indeks K 94,26%. 

Seperti diketahui, petani plasma adalah para petani yang ikut ambil bagian dalam program transmigrasi pemerintah yang dijalankan pada tahun 1987 atau Perkebunan Inti Rakyat yang dikenal sebagai PIR-trans.

Dalam program tersebut, para petani yang mayoritas datang dari pulau Jawa direlokasi ke daerah pedesaan dan mendapatkan lahan pertanian seluas 2 hektar untuk masing-masing kepala keluarga. Ditambah lahan seluas setengah hektar untuk rumah tinggal dan tanaman lainnya.

Petani plasma ini kemudian bermitra dengan perusahaan setempat yang menyediakan bantuan berupa pekerja untuk menyiapkan lahan. Setelah empat tahun perkebunan sawit mereka siap dipanen. Perusahaan juga menyediakan bantuan teknis. Dalam skema kerja sama ini, petani plasma setuju untuk menjual hasil produksi mereka kepada perusahaan dengan harga yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

Asian Agri merupakan salah satu perusahaan pertama yang ikut berpartisipasi dalam program pemerintah ini. Saat ini, perusahaan telah bermitra dengan 30.000 petani plasma dengan total lahan seluas 60.000 hektar perkebunan kelapa sawit.(JP-Asenk Lee Saragih)











Berita Lainnya

Posting Komentar

0 Komentar