Info Terkini

10/recent/ticker-posts

Widget HTML

 


Produksi Keripik Tempe dan Rempeyek Jambi, Menggeliat Kembali di Masa Pandemi

Keripik tempe dan rempeyek produksi Ilham Snack di Kota Jambi. Produksi makanan rumahan sempat anjlok pada masa awal pandemi namun kini meningkat lagi. (Foto: Beritasatu Photo)


 Jambi, Jambipos - Aroma sedap langsung terasa begitu memasuki rumah produksi usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) Ilham Snack di Lorong Teladan, Nomor 58, RT 31, Kelurahan Payolebar, Kecamatan Jelutung, Kota Jambi, Jumat (23/10/2020) siang. Tebaran aroma tersebut berasal dari kuali-kuali penggorengan ibu-ibu rumah tangga yang bekerja di rumah produksi makanan ringan tersebut.

Begitulah suasana keseharian yang ditemui ketika melongok rumah produksi makanan ringan, Ilham Snack Kota Jambi. Kesibukan usaha keripik tempe dan rempeyek milik Zaitun (40) tersebut bergairah kembali menyusul naiknya permintaan keripik tempe dan rempeyek beberapa bulan terakhir.

“Ya, kami menaikkan produksi kembali karena permintaan keripik tempe dan rempeyek produksi Ilham Snack mulai meningkat. Usaha kami ini sempat lesu sejak awal pandemi Covid-19, Maret hingga Juli lalu,” kata Zaitun kepada Beritasatu.com di rumah produksi Ilham Snack.

Menurut Ketua Asosiasi Makanan dan Minuman (Asmami) Kota Jambi tersebut, ketika pembatasan sosial dan ekonomi dilakukan akibat Covid-19 sejak Maret lalu, produksi keripik tempe dan rempeyek Ilham Snack Kota Jambi sempat anjlok.

Kondisi tersebut membuat pengiriman tempe goreng dan rempeyek Ilham Snack ke Provinsi Lampung, Palembang, Sumatera Selatan dan Pekanbaru, Riau tersendat.

“Permintaan keripik tempe dan rempeyek produksi Ilham Snack di Kota Jambi juga sempat lesu karena banyak pusat perbelanjaan dan toko tutup. Selain itu warga masyarakat juga enggan berbelanja ke toko karena menerapkan stay at home (tetap di rumah),”ujarnya.

Menurut Zaitun, di masa awal pandemi Covid-19, produksi Ilham Snack Kota Jambi turun dari rata-rata 1.000 bungkus per hari menjadi 500 bungkus per hari (turun 50%). Omset penjualan pun anjlok dari rata-rata Rp 100 juta per bulan menjadi Rp 25 juta per bulan.

Menyikapi kesulitan tersebut, Zaitun pun mengubah jalur pemasaran melalui aplikasi digital (online). Untuk itu Zaitun menjalin kerja sama dengan toko online, yakni Bukalapak dan Tokopedia. Zaitun berjuang menerobos pemasaran digital tersebut agar usaha hanya tetap eksis. Dia tidak ingin usahanya tutup agar ibu-ibu rumah tangga yang selama ini membantunya tidak sampai kehilangan pekerjaan.

Setelah membuka jalur pemasaran melalui aplikasi digital tersebut, UMKM yang sudah lama dikelola Zaitun pun tampak bisa bertahan. Pemasaran melalui aplikasi digital yang mulai jalan memberi sebuah harapan baginya.

“Setelah bergabung dengan toko online, produk kami tetap ada yang memesan. Pengiriman pesanan banyak dilakukan menggunakan ojek online (ojol),”katanya.

Menurut Zaitun, saat ini produksi keripik tempe dan rempeyek Ilham Snack Kota Jambi mulai meningkat hingga 60%. UMKM tersebut kini sudah bisa menghasilkan arata-rata 600 bungkus keripik tempe dan rempeyek per hari. Pada masa awal hingga bulan kelima pandemi Covid-19, Juli 2020, Ilham Snack Kota Jambi sempat hanya mampu memproduksi keripik tempe dan rempeyek hanya 400 bungkus keripik tempe per hari.

Ibu rumah tangga dan remaja putri bisa kembali bekerja di UMKM pengolahan keripik tempe dan rempeyek, Ilham Snack.

“Omset penujalan kami juga kini naik dari rata-rata Rp 3 juta per hari menjadi Rp 4,5 juta per hari. Sedangkan pekerja yang sempat hanya tinggal dua orang, kini sudah bertambah menjadi rata-rata tujuh orang per hari,” katanya.

Zaitun mengatakan, pengiriman keripik pun meningkat kembali mulai September lalu. Pengiriman ke Palembang, Sumatera Selatan, Lampung, dan Riau saat ini sudah bisa dilakukan dua kali seminggu. Kemudian permintaan melalui pemesanan aplikasi digital juga semakin meningkat.

“Saya bersyukur UMKM ini bisa bertahan di tengah badai Covid-19. Para pelanggan atau konsumen pun masih tetap bisa menikmati renyahnya keripik dan rempeyek kami. Yang lebih penting lagi, beberapa orang ibu rumah tangga yang sempat menganggur bisa kembali bekerja di tempat usaha saya,” kata Zaitun.

Butuh Bantuan

Zaitun mengatakan, UMKM pengolahan makanan dan minuman yang bernaung di bawah Asmami Kota Jambi masih banyak yang membutuhkan bantuan modal dan pemasaran. Dari 1.700 unit UMKM yang bergerak di bidang pengolahan makanan dan minuman di Kota Jambi, sekitar 1.600 unit masih tutup.

Sedangkan sekitar 100 unit UMKM pengolahan makanan dan minuman yang masih bertahan juga masih banyak yang membatasi kegiatan produksi hanya dua sampai tiga kali seminggu.

Terkait bantuan Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebesar Rp 2,4 juta untuk setiap UMKM, Zaitun mengatakan, belum semua anggota Asmami Kota Jambi yang mendapat bantuan tersebut. Padahal sebagian besar UMKM anggota Asmami Kota Jambi sudah mendaftar dan membuat rekening untuk mendapatkan bantuan tersebut.

“Usaha saya sendiri belum mendapatkan bantuan UMKM dari Presiden Jokowi tersebut,” katanya.

Sementara itu, Yusti (45), pengelola UMKM pembuatan kue bolu di kawasan Talang Banjar, Kota Jambi juga masih mengaku kesulitan modal dan pemasaran untuk membangkitkan kembali usahanya.

Yusti masih kesulitan modal karena usaha tidak bisa berproduksi normal setiap hari. Hal tersebut disebabkan masih banyaknya pelanggan utama yang tutup seperti sekolah dan kantor.

“Bantuan Presiden Jokowi untuk UMKM juga belum kami terima. Karena usaha saya saat ini hanya beproduksi dua kali seminggu dan pegawai yang bekerja hanya dua orang,” katanya.(JP)



Sumber:BeritaSatu.com

Berita Lainnya

Posting Komentar

0 Komentar