Info Terkini

10/recent/ticker-posts

Widget HTML

 


Positioning PSI, Empati Rakyat dan Kegaduhan Politisi

Oleh: Ir Tigor GH Sinaga

Jambipos-Penonton lebih pintar dari pemain. Itu jargon lama yang sering kita dengar sampai saat ini. Hal yang sama juga tersirat, ketika kita membaca komentar-komentar yang berseliweran di antara kita, di media cetak,TV ataupun media online.

Sebagai penonton sering kita lupa bahwa, pemain, pelatih dan manager sebuah team lebih tau dimana kekuatan dan strategi apa yang harus dipakai dalam setiap pertandingan, begitu juga halnya dengan seluruh partai peserta pemilu yang saat ini sedang bertarung merebut hati rakyat.

Suka tidak suka, senang tidak senang , apa yang dilakukan PSI telah mencelikkan mata  rakyat, mata kita, termasuk saya. Teriakan-teriakan PSI telah menyadarkan  kita yang nyaris terlelap,  kita tersadarkan bahwa negara ini nyaris  hancur karena sikap intoleransi dan budaya koruptif yang semakin merajalela.

Teriakan dan perjuangan tanpa lelah teman-teman PSI tentang kesamaan hak seluruh rakyat untuk memperoleh kesempatan pendidikan, pekerjaan dan kesempatan beribadah telah memberikan empati tersendiri bagi partai baru ini.

Pujian tentang konsistensi, keberanian mengungkapkan fakta-fakta secara lugas, tuntas, tanpa pandang bulu, telah memberikan harapan baru bagi rakyat yang sudah sangat jenuh dengan janji-janji politik partai lama. Setidaknya itu yang saya tangkap dari ekspresi dan aspirasi rakyat bawah, ketika bersosialisasi keliling dapil di Provinsi Jambi.

Banyak pujian, harapan dan titip  salam untuk Grace Natalie yang telah menyentuh dan menyadarkan mereka. Secara kasat mata, positioning PSI menempatkan diri untuk menyuarakan kondisi dan ketimpangan  sosial yang ada pada masyarakat sudah tepat dan tak terbantahkan. Sikap anti intoleransi dan anti korupsi dengan  keberanian mengungkap fakta-fakta  menjadi pembeda partai ini dengan partai lain.

“Kami sangat senang ada partai yang mau dan berani  menyuarakan ketimpangan sosial selama ini. Kebinekaan adalah anugerah yang harus kita jaga dan kita rawat. Itulah keunikan dan kekayaan bangsa ini,” demikian pendapat Sihotang, salah satu tokoh muda Batak di Jambi.

Berdasarkan data statistik kependudukan, setidaknya  ada 14 % masyarakat Indonesia  yang merasakan ketimpangan seperti yang dirasakan Sihotang di atas. Mereka yang selama ini  termarjinalkan karena isu sara dan kebebasan beribadah.

Empati lain atas perjuangan PSI ini juga datang dari sebagian kelompok nasionalis murni yang sangat cinta dengan kebinekaan dan kesatuan Indonesia. Beralihnya empati kelompok nasionalis murni ini kepada PSI, telah menimbulkan kegaduhan politik di tanah air belakangan ini.

Kegaduhan, kritik dan bahkan  caci maki sekelompok elit politik kepada PSI dari  mereka yang   merasa terganggu ketika PSI membuka fakta,  seolah menelanjangi borok mereka sebagai partai lama yang selama ini  tertidur terlelap.

Positioning (Penentuan Posisi) dan teriakan perjuangan Anti Korupsi dan Anti Intoleransi, PSI sudah sangat tepat dan menyentuh hati rakyat, yang akan  mendukung dan segera  mengantarkan  partai baru ini ke parlemen melewati ambang batas parlementry tresshold.

Kegaduhan, kritik dan caci maki itu hanya milik elite yang terganggu dengan kebisingan teriakan PSI, sementara rakyat kebanyakan menikmati teriakan itu sebagai lagu senam pagi yang membangunkan mereka  dan mengiringi kecerahan pagi, secerah Indonesia bersama PSI. S e m o g a.(JP-Penulis Adalah Calon Anggota DPR-RI  PSI Wakil Rakyat Jambi)
 

Berita Lainnya

Posting Komentar

0 Komentar