Info Terkini

10/recent/ticker-posts

Widget HTML

 


Sprinter Ini Terjungkal di GBK dan Dirawat di RS: Aku Malu Enggak Kasih Medali


Sprinter Indonesia, Insan Nurhaida, menangis di tengah lapangan usai terjatuh menjelang garis finis di final nomor 100 meter putri T36 Asian Para Games 2018 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Rabu (10/10). (Akbar Nugroho Gumay/Antara)
Jambipos Online, Jakarta - Insan Nurhaida terbaring di rumah sakit usai jatuh di lintasan lari Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK). Dia sedih gagal persembahkan medali untuk indonesia.

Insan jatuh terlentang saat tampil di lari 100 meter Asian Para Games 2018, Rabu (10/10/2018). Insan, yang menderita cerebral palsy hingga mengalami gangguan gerak, tak bisa mencapai finis. Dia terjungkal.

Oleh ofisial tim dan panitia penyelenggara, Insan dilarikan ke Rumah Sakit Angkatan Laut Dr. Mintohardjo, Jakarta Selatan. Dia menginap di kamar 104.

Saat detikSport menyambangi ke RSAL itu, Insan terbaring di atas tempat tidur dengan leher ditopang alat bantu.

"Hai. Tidak apa-apa, Mbak," ujar Insan dengan suara kurang lancar.

Tapi, secara keseluruhan, kondisi Insan sudah membaik. Insan menginformasikan kalau setelah diagnosis, dokter menyatakan atlet putri berusia 31 tahun itu mengalami retak tulang leher. Kini, dia pun kesulitan

"Lombanya itu pagi sekitar 9.30 WIB. Sekeluarga memang datang untuk nonton langsung di stadion," kata ibu Insan, N. Mis'ati, membuka cerita.

Insan Nurhaida dirawat di RSAL Mintohardjo. Insan Nurhaida dirawat di RSAL Mintohardjo. (Mercy Raya/detikSport)
"Kami lihatnya itu posisinya masih di peringkat tiga kemudian dekat garis finis mungkin keseimbangannya kurang mau cepat-cepat lalu jatuh," dia menambahkan.

Saat Insan jatuh, Mis'at tak bisa langsung turun untuk mengecek kondisi anaknya lantaran lomba masih berlangsung. Tapi, tim medis kontingen sigap mengevakuasi Insan untuk memeriksa kondisinya. Dia kemudian dilarikan ke rumah sakit.

Dalam 30 menit diobservasi diagnosis awal pun mencuat. Insan mengalami retak tulang leher, sementara bahu kanannya luka tergesek lintasan, begitu juga pelipis, serta beberapa bagian pada lengannya.

"Awalnya malah Insan tidak mau dibawa ke rumah sakit. Katanya tidak apa-apa, sakit sedikit saja. Tapi kan dokter lebih tahu, setelah dirontgen memang ada yang retak. Tapi masih aman dan tak perlu operasi," ujar dia.

Bagi seorang ibu, situasi tersebut cukup mencemaskan. Tapi, dia menyadari ada risiko setiap keputusan yang disepakati. Apalagi, Insan sendiri sebelumnya tak diizinkan untuk menjadi atlet.

Insan merupakan atlet penyandang disabilitas. Dia kesulitan bicara dan keseimbangan.

"Awal-awal tak saya kasih karena yang namanya berkebutuhan khusus pasti khawatir. Kemudian bertemu pelatih dari NPC Indonesia bapak Haris dan Bapak Agung, diajak 'mau ikut lari gak?' Awalnya dia bilang tidak mau takut lemah tapi akhirnya Insan ngumpet-ngumpet ikut. Lama-lama saya izinkan karena saya percaya ada yang pegang," tuturnya.

Setelah masuk NPC, Insan mulai diturunkan di berbagai lomba. Kejuaraan pertama adalah Porda 2010 di Jawa Barat.

Ada kemajuan, Insan mulai ikut perlombaan level internasional. Kejuaraan pertamanya di ASEAN Para Games 2011 Solo. Saat itu, dia merebut medali emas nomor 100 meter. Kemudian berlanjut ke Singapura 2015 (emas dan perak) dan Malaysia 2017 raih dua emas nomor 100 dan 200 meter.

Di Asian Para Games 2018, Insan turun di nomor 100 meter T36. Dia finis di urutan kelima dengan catatan waktu 16.56 detik.

"Ya sempat merasa malu karena tidak bisa meraih medali. Tapi kemarin sempat diberi pesan oleh Menpora Imam Nahrawi masih bisa di ASEAN Para Games," ujarnya.(*)

Sumber: Detik.com

Berita Lainnya

Posting Komentar

0 Komentar