Info Terkini

10/recent/ticker-posts

Widget HTML

 


Beri Apresiasi Sewajarnya pada Lalu Muhammad Zohri

Zohri yang baru berusia 18 tahun meraih medali emas dengan catatan waktu 10.18 detik. Ia mengungguli para favorit juara seperti duo Amerika, Anthony Schwartz  (10.22) dan Eric Harrison (10.22) serta sprinter Afrika Selatan Thembo Monareng (10,23). Atlet Inggris, Dominic Ashwell mencatat waktu 10.25 detik. Ilustrasi (Foto: Tribunnews.com)
Oleh: Bung Stevan 

Jambipos Online-Atlet Indonesia di cabang olahraga atletik, Lalu Muhammad Zohri menjadi bahan perbincangan publik, usai berhasil meraih gelar juara dunia lari 100 meter putra U-20 di Tampere, Finlandia.     

Ini merupakan catatan prestasi tersendiri buat atletik Indonesia. Prestasi terbaik sebelumnya terjadi 32 tahun lalu, pada nomor penyisihan 100 meter atas nama Indra Nugraha dengan catatan waktu 10.77 detik.

Zohri yang baru berusia 18 tahun meraih medali emas dengan catatan waktu 10.18 detik. Ia mengungguli para favorit juara seperti duo Amerika, Anthony Schwartz  (10.22) dan Eric Harrison (10.22) serta sprinter Afrika Selatan Thembo Monareng (10,23). Atlet Inggris, Dominic Ashwell mencatat waktu 10.25 detik.

Sebagai warga Indonesia, kita tentunya bangga dengan capaian prestasi yang diraih Zohri. Prestasi Zohri ibarat oase di tengah "dahaga" berkepanjangan prestasi olahraga kita dari tahun ke tahun.

Indonesia hampir selalu kalah bersaing dengan negara-negara lain di cabang olahraga apapun. Bulutangkis bisa dikatakan satu-satunya cabang olahraga yang bisa dibanggakan karena rutin menyumbang prestasi.          

Prestasi Zohri juga menyiratkan harapan besar karena tinggal menghitung hari, Indonesia akan menjadi tuan rumah pertandingan olahraga negara-negara Asia (Asian Games) yang berlangsung di Jakarta dan Palembang.  

Sekali lagi, prestasi Zohri memang layak diapresiasi karena kita yakin dan percaya itu semua bisa diraihnya karena kesungguhan dan ketekunan berlatih. Kita juga berterima kasih pada Zohri yang sudah membuat nama Indonesia harum di mata dunia.

Sewajarnya

Namun, sepertinya harus diingatkan bahwa kita jangan larut dalam euforia berlebihan. Kita harus bisa menahan diri untuk memberikan apresiasi dan motivasi pada siapapun atlet kita yang berprestasi (termasuk Zohri) secara sewajarnya.    

Apa maksudnya?. Terus terang saya agak kuatir dengan kebiasaan kita dalam memperlakukan para atlet kita. Sering kita memperlakukan atlet dengan kurang wajar. Ketika ada atlet berprestasi, kita ramai-ramai memuji dan mengapresiasinya setinggi langit. Tapi ketika ia gagal berprestasi, seketika itu pula caci maki dan hujatan kita lontarkan.

Saat ini, lebih baik memberi kesempatan dan motivasi pada Zohri untuk lebih banyak lagi mengukir prestasi daripada memberikan sanjung puji yang terlalu berlebih dan berpotensi membuatnya cepat berpuas diri. 

Barangkali inilah dampaknya kita hidup di negara yang penuh ironi. Kita punya segudang alasan dan potensi, namun sayangnya selalu sulit untuk bicara banyak mengukir prestasi.

Contoh paling aktual, ketika hajatan piala dunia tahun ini digelar, pasti selalu terselip pertanyaan di dalam hati, "kapan Indonesia ikut piala dunia?". 

Begitu sulitkah menciptakan satu tim sepakbola yang jumlahnya hanya puluhan orang, sementara kita memiliki potensi penduduk yang jumlahnya ratusan jiwa?. Ini salah satu pertanyaan klasik yang entah kapan bisa kita temukan jawabannya.

Kembali soal Zohri. Hari-hari ini, ia pasti sedang menikmati pujian, publisitas dan sorot kamera yang mengarah padanya. Para tokoh publik dan pejabat negara sudah menyanjungkan tinggi segala bentuk apresiasi.

Konon kabarnya, berbagai apresiasi itu juga akan diwujudnyatakan dalam bentuk uang, rumah, diangkat menjadi pegawai negeri dan penghargaan lainnya.  
Rumah keluarga Zohri (Foto: kompas.com)
Tak ketinggalan media massa yang berlomba mengangkat sosok dan latar belakang Zohri. Tiba-tiba saja latar belakang Zohri yang berasal dari keluarga sederhana dan tinggal di kampung, ramai-ramai diangkat ke permukaan.

Kita berharap, semoga segala sanjung puji yang diterima Zohri hari ini tak terlalu menyilaukan baginya dan membuatnya lupa diri. Bagaimanapun, Zohri masih harus meniti jalan panjang untuk terus mengukir prestasi. Ia masih harus membuktikan diri bahwa prestasi yang diraihnya hari ini bukan karena faktor kebetulan apalagi keberuntungan.

Ajang Asian Games 2018 yang sudah di depan mata menjadi kesempatan paling pas buat Zohri untuk terus mengukir prestasi. Sebagaimana permintaan presiden Jokowi, sukses Zohri di Finlandia harus menjadi modal awal untuk mendulang kesuksesan di Asian Games 2018 nanti.    

Sukses selalu buat Lalu Muhammad Zohri dan jangan pernah berhenti mengukir prestasi. Teruslah harumkan nama Indonesia yang sama-sama kita cintai ini. (Penulis Adalah ASN di Jambi-
Jambi, 12 Juli 2018)

Berita Lainnya

Posting Komentar

0 Komentar