Info Terkini

10/recent/ticker-posts

Widget HTML

 


Karhutla Gambut Jadi Sorotan Aktivis Lingkungan Jambi

Photo: WALHI Jambi

Jambipos Online, Jambi-Kalangan aktivis lingkungan hidup di Jambi menyoroti terus terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di daerah itu. Mereka semakin prihatin akibat meluasnya kebakaran hutan dan lahan ke kawasan gambut. Berdasarkan hasil investigasi kalangan aktivis lingkungan setempat, kebakaran hutan dan lahan di daerah itu diduga dilakukan oknum pengusaha dengan membayar buruh tani. 

Manager Komunikasi Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warsi Jambi, Rudy Syaf, menjelaskan, karhutla di berbagai kabupaten di Jambi diduga sengaja dilakukan oknum-oknum pengusaha. Pembakaran hutan dan lahan untuk pembukaan areal perkebunan kelapa sawit tersebut dilakukan dengan membayar buruh tani. 

“Hasil invesitgasi kami di lapangan beberapa pekan terakhir, kebakaran hutan dan lahan di Jambi banyak dilakukan secara sengaja. Oknum pengusaha mengupah buruh tani membakar lahan. Buruh tani dibayar sekitar Rp 2 juta untuk membakar satu hektare hutan dan lahan. Jadi warga masyarakat dimanfaatkan pemodal untuk membakar hutan dan lahan,”katanya. 
 
Dikatakan, pihaknya meminta aparat keamanan dan instansi terkait di Jambi menindak tegas oknum-oknum pengusaha atau petani bermodal besar yang terbukti melakukan pembakaran hutan dan lahan. Untuk membuktikan pengusaha pembakar lahan tersebut, para buruh tani yang tertangkap membakar lahan harus diproses secara hukum. 

“Para buruh tani yang tertangkap membakar hutan dan lahan atas suruhan pengusaha perlu diperiksa lebih serius hingga mereka mau membeberkan nama pengusaha yang mengupah mereka membakar hutan dan lahan. Dengan demikian para pengusaha pembakar lahan dengan menyuruh buruh tani bisa ditangkap,”tegasnya. 

Rudy Syaf mengatakan sangat prihatin melihat masih terjadinya kebakaran hutan dan lahan gambut di Jambi. Padahal berbagai upaya telah dilakukan pemerintah mencegah kebakaran hutan dan lahan gambut tersebut. 

Selama dua pekan terakhir, lanjut Rudy Syaf, luas hutan dan lahan gambut yang terbakar di Jambi sudah mencapai 10 hektare (ha). 

Hutan dan lahan gambut yang terbakar tersebut teradapat di wilayah Sungai Apuk, Desa Sinar Wajo dan Sungai Beras, Kecamatan Mendahara Ulu, Kabupaten Tanjungjabung Timur (Tanjabtim), Jambi. 

“Hutan dan lahan gambut yang terbakar tersebut merupakan kawasan hutan lindung. Kebakaran di kawasan hutan lindung tersebut dilakukan warga masyarakat setempat. Tiga orang pelaku pembakaran gambut di hutan lindung tersebut tersebut dua ditangkap. Mereka diduga dibayar pemodal membakar hutan dan lahan gambut tersebut,” katanya. 

Sementara itu Kapolres Tanjabtim, Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Marinus Sitepu mengatakan, tersangka pembakar hutan dan lahan gambut tersebut mengaku sengaja membakar untuk membuka lahan pertanian. Mengenai adanya dugaan keterlibatan pengusaha dalam pembakaran hutan dan lahan gambut tersebut masih diselidiki. 

“Berdasarkan keterangan seorang tersangka, Barok, Dia disuruh pengusaha atau tauke bernama Acok untuk membakar lahan gambut tersebut. Untuk membuktikan pengakuan tersebut, kami segera memanggil Acok. Kami akan usut tuntas seluruh kebakaran hutan dan lahan di Tanjabtim ini,”ujarnya. 

Secara terpisah, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jambi, Bachyuni Deliansyah mengatakan, luas kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Jambi hingga awal Agustus sudah mencapai 369 ha. 

Kawasan hutan dan lahan gambut yang terbakar sekitar 12 ha dan kawasan hutan alam dan lahan mineral sekitar 369 ha. Kawasan hutan dan lahan yang paling luas terbakar di Jambi berada di areal perusahaan kehutanan, PT Alam Bukit Tigapuluh (ABT), Kabupaten Tebo, Jambi, yakni mencapai 300 ha. 

Menurut Direktur PT ABT, Ajis Mukjizat, kebakaran di areal perusahaan mereka sudah padam. Pemadaman kebakaran hutan dan lahan di areal PT ABT dilakukan menggunakan helikopter pemadam kebakaran BPBD Jambi, pemadam kebakaran perusahaan dan warga masyarakat sekitar. 

“Kebakaran di areal kami berasal dari pembakaran lahan yang dilakukan para perambah hutan. Kebakaran di sekitar areal kami cepat meluas masuk ke areal perusahaan karena hutan dan lahan kering, mudah terbakar,” katanya. (JP-04)

Berita Lainnya

Posting Komentar

0 Komentar