Info Terkini

10/recent/ticker-posts

Widget HTML

 


Detik.com dan Kompas.com Dituding Sengaja Sebarkan Kebohongan “Iron Man Bali”

Tawan detik
Wayan Sumartana
Jambipos Online-Setelah memposting status mendetail tentang kejanggalan “lengan robot” tawan alias Wayan Sumartana, akun Canny Watae kembali menulis status yang menyinggung pola pemberitaan Detik.com dan Kompas.com tentang “manusia robot” dari Bali itu.
 
Canny Watae menulis diakhir statusnya yang ditujukan ke Detik.com. “Saya bilang ke Detik: “Kalian yang belasan tahun menggarap rubrik teknologi, mengedukasi khalayak dengan rubrik sains, kok sekarang kalian membiarkan diri dibodoh-bodohi oleh Tawan? Kalau kebodohan itu hanya berhenti pada meja redaksi kalian, saya nggak campur… Sayangnya, kalian menularkannya ke khalayak dan…………. pejabat tinggi negara,”.

Berikut tulisan lengkap Canny Watae menyambung status sebelumnya soal Tawan, dan pola pemberitaan Detik.com, BBC serta Kompas.com yang membordir khalayak dengan kebohongan yang diangkat sebagai berita.

Per hari Jumat, 22 Januari 2016, berita mengenai Wayan Sumardana alias Tawan masih saja terus dibombardir oleh Detikcom dan setidaknya juga, Kompascom.

Bombardemen berita mengenai lengan “robot” (pakai tanda kutip, karena sebenarnya jauh dari arti yang sebenarnya) karya Tawan ini pada akhirnya memenuhi apa yang dijabarkan dalam Magic Bullet Theory of Mass Media. Yaitu, pesan bagaikan peluru yang ditembakkan terus-menerus ke khalayak, dimana khalayak diposisikan pada posisi pasif.

Khalayak bagaikan bebek-duduk (sitting ducks) yang tidak memiliki kesempatan untuk menghindar atau pun menentang dampak dari isi pesan yang ditembakkan. 
  Media massa, dalam hal ini, bersifat berbahaya karena khalayak akhirnya tunduk dan percaya karena ketiadaan sumber informasi lain.

Gejala ini di Detikcom tampak jelas. Dalam seri pemberitaan soal Tawan ini, tidak ada satu pun artikel yang disiarkan Detik yang bersifat memberi penjelasan ilmiah dari pihak-pihak yang berkompeten selain penjelasan si Tawan itu sendiri.

Detik pun dengan lihainya membingkai pernyataan-pernyataan berbagai high-level officer yang sifatnya bersimpati pada Tawan. Mulai dari Gubernur Bali, Menteri Sosial, Menristek (duh!). 
  Kehadiran tokoh-tokoh ini dalam bingkai berita adalah proyektil-proyektil peluru dashyat yang makin meyakinkan khalayak.

Padahal, dalam amatan saya, pejabat-pejabat tinggi ini sebenarnya adalah sitting ducks sasaran peluru “magis” yang ditembakkan Detik. Setelah jadi korban “penembakan informasi yang bertubi-tubi”, yang berhasil memengaruhi mereka, mereka selanjutnya dijadikan peluru-peluru informasi yang ditembakkan ke khalayak.

Ada sedikit “perlawanan” informasi yang diberikan segelintir Netizen di bagian komentar berita, di mana orang-orang ini menyampaikan logika pembantah, tapi sama sekali tak mendapat tempat dari redaksi Detik untuk diarusutamakan ke dalam artikel berita.

Puncak-puncaknya, orang nomor 2 di negeri ini, Wakil Presiden Jusuf Kalla, ikut tergiring untuk memberi apresiasi dan mengaitkan Tawan dengan status sebagai “Penemu”. Duh!

Apakah berita mengenai lengan “robot” si Tawan itu Hoax (berita palsu)? Jawaban saya adalah: TIDAK. Itu bukan berita palsu. Itu berita asli. Obyek berita benar-benar ada, nyata. Tetapi: Benarkah apakah yang diklaim Tawan itu? Jawaban saya adalah: TIDAK BENAR. Tawan berbohong.

Dan kini kebohongan Tawan, yang difasilitasi Detik ke khalayak dengan Peluru Magis-nya, telah sukses membuat pejabat tinggi negara selevel Wakil Presiden misleading informasi.

Sampai kapan pembodohan ini berlanjut? Pada akhirnya, dengan sudut pandang positif saya juga akan mengatakan: Semangat Tawan sangat bagus, memberi inspirasi, bahwa di tengah keterbatasan kita harus memacu kreativitas. 

Bahwa, kreativitas itu sepatutnya didukung oleh semua elemen bangsa. Maaf, saya terpaksa harus menyebut begini, karena setelah menghentak khalayak dengan berita lengan “robot” itu, Peluru Magis Detik langsung berbentuk “Kreativitas, Inspirasi, Semangat”.

Saya ikut membuat diri saya terpengaruh (untuk soal yang ini. Kalau tidak ikut-ikutan terpengaruh, nanti saya kena bully massal). 

Tapi saya bilang ke Detik: “Kalian yang belasan tahun menggarap rubrik teknologi, mengedukasi khalayak dengan rubrik sains, kok sekarang kalian membiarkan diri dibodoh-bodohi oleh Tawan? Kalau kebodohan itu hanya berhenti pada meja redaksi kalian, saya nggak campur… Sayangnya, kalian menularkannya ke khalayak dan…………. pejabat tinggi negara. (Sumber: Facebook Canny Watae)

Berita Lainnya

Posting Komentar

0 Komentar