Pesta Gotilon HKBP Jambi 2025: Ketika Syukur Menjadi Nyanyian, Panen Menjadi Persembahan


Jambipos Online-Di halaman Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Jambi pagi itu, aroma tanah basah bercampur wangi buah masak menyeruak menyambut matahari yang baru naik. Di antara riuh tawa dan denting musik gondang Batak, jemaat datang membawa hasil panen mereka, ada yang membawa jeruk, pisang, cabai, bahkan padi dalam anyaman rotan. Semua dibawa bukan untuk dijual, melainkan untuk satu hal: bersyukur.

Itulah suasana Pesta Gotilon (Pesta Panen Raya) HKBP Jambi Ressort Jambi Distrik XXV Jambi tahun 2025, yang digelar penuh sukacita pada Minggu, 19 Oktober 2025. Sebuah perayaan yang tidak sekadar ritual tahunan, tapi juga bentuk nyata dari iman dan rasa terima kasih umat kepada Tuhan atas berkat yang dilimpahkan sepanjang tahun.

Firman Tuhan yang menjadi dasar perayaan ini begitu hidup dalam keseharian jemaat: “Orang yang menabur sedikit akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak akan menuai banyak juga... sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.” Ayat ini bukan hanya dibacakan dari mimbar, tetapi juga dihidupi oleh setiap orang yang datang dengan hati yang tulus, membawa persembahan dari hasil kerja tangan mereka.

Dengan tema “Berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah, apa yang baik, berkenan kepada Allah, dan sempurna” (Roma 12:2) serta subtema “Kenalilah dan syukurilah berkat Tuhan yang telah kita terima sepanjang tahun ini, lalu persembahkanlah kembali kepada Tuhan,” Pesta Gotilon menjadi ajang untuk merenungkan bahwa syukur sejati bukan tentang seberapa banyak kita memberi, tapi seberapa tulus kita melakukannya.

Sejak pagi, ibadah berlangsung dalam beberapa sesi, dari pukul 06.00 hingga 18.00 WIB. Tiap ibadah diwarnai lantunan pujian dan musik tradisional Batak yang menggema hangat di ruang gereja. Jemaat menari tortor di tempat masing-masing, mengiringi langkah-langkah mereka yang membawa “silua” — hasil panen yang akan dipersembahkan kepada Tuhan.

Di altar, aneka buah, sayur, dan tanaman tertata rapi, menjadi simbol kesuburan dan berkat yang melimpah. Ulos yang tergantung di langit-langit gereja menambah nuansa budaya dan keindahan tersendiri. Tak ada yang datang dengan wajah muram, semua tersenyum, bernyanyi, menari, dan saling menyalami.

Di tengah kemeriahan itu, seorang ibu tua tampak menunduk sambil memegang amplop kecil berisi hasil jualan pisang dari kebunnya. “Sedikit saja, tapi dari hati,” ujarnya pelan. Di dekatnya, sekelompok anak remaja membawa keranjang berisi sayuran, ikut menari bersama jemaat lainnya. Mereka semua tampak menyatu dalam sukacita yang sederhana namun bermakna.

Pesta Gotilon bukan sekadar tradisi. Ia adalah refleksi kehidupan, bahwa di balik setiap butir padi dan setiap tangan yang menabur, ada kasih Tuhan yang bekerja. Ia mengajarkan bahwa memberi bukan kehilangan, melainkan cara paling indah untuk mengucap syukur.

Ketika musik gondang mulai reda dan ibadah terakhir selesai, jemaat masih bertahan. Mereka saling berbagi cerita, tertawa, dan berfoto bersama di depan altar yang penuh warna. Hari itu, HKBP Jambi bukan hanya tempat ibadah, tetapi ladang syukur di mana sukacita, iman, dan kebersamaan tumbuh bersama, seperti benih yang disiram cinta kasih Tuhan.

Karena sesungguhnya, dalam Pesta Gotilon, panen bukan sekadar hasil bumi, melainkan panen berkat dan kasih yang dituai dari hati yang tulus.(JPO-AsenkLeeSaragih) 















Foto-Foto By: FB Erni Sinaga































Foto-Foto By: FB Erni Sinaga

0 Komentar

Komentar Dilarang Melanggar UU ITE