Info Terkini

10/recent/ticker-posts

Widget HTML

 


Sopir Angkot Sweeping Ojek Online

Jambipos Online, Pekalongan- Penolakan para awak transportasi konvensional pada layanan ojek online di Pekalongan berbuntut panjang. Seorang pengemudi angkot di Kota Pekalongan, nekat menghentikan pengemudi ojek online di ruas Jalan Kurinci, Kota Pekalongan sore tadi.

Pengemudi angkutan kota ini meminta pengemudi ojek online untuk segera menghapus aplikasi yang ada di ponsel driver.

"Saya meminta untuk aktivitas ojek online berhenti. Kantornya kan sudah ditutup (di Pekalongan), karena tidak punya izin," Jelas Muhamad Saim, pada pengemudi ojek online.

Aksi sweping tersebut, sempat memanas, lebih-lebih para pengemudi ojek online di Pekalongan langsung berkumpul mendengar temannya tengah disweeping pengemudi angkot. Namun, suasana akhirnya diredam oleh koordinator lapangan ojek online Pekalongan yakni Chaerul.

"Saya tadi dikabari ada kejadian ini. Dan saya langsung ke sini untuk konfirmasi pada bapaknya (pengemudi angkot), ada apa to pak. Dijawab bapaknya tidak apa-apa, ya syukur alhamdulillah," jelas Chaerul pada detikcom, usai melerai pengemudi angkot dengan anggotanya, Selasa (3/10/2017).

Disinggung terkait permintaan pengemudi angkutan kota untuk menghapus aplikasi ojek online, Chaerul mengatakan, dirinya bersama teman-teman yang lainnya hanya ingin bekerja.

"Saya sendiri tidak tahu alasan mereka untuk dihapus itu apa. Untuk diajak koordinasi juga banyak alasannya," jelasnya.

Dijelaskan Charul, perseturuan pengemudi ojek online dengan awak transportasi konvensional dalam sehari ini banyak terjadi.

"Hari ini memang banyak terjadi aksi sweping awak transportasi kovensional untuk menghapus aplikasi Gojek. Namun kita tetap bersabar," jelasnya.

Sebelumnya pada hari Senin (2/10), ratusan awak konvensional yang terdiri dari pengemudi angkutan kota, taksi, bahkan tukang becak, melakukan aksi turun ke jalan ke Kantor Walikota untuk menghentikan dan menutup layanan ojek online. Aksi ini sebagai aksi protes, mengingat keberadaan ojek online mempengaruhi penurunan pendapatan mereka.

Ketua Organda Kota Pekalongan, Maryoto mengaku aksi unjuk rasa yang dilakukan tersebut untuk menuntut pemerintah kota agar menghapus ojek online di Kota Pekalongan.

"Tuntutan kami, agar Ojek online dihapus. Ini merugikan kami. Pendapatan kami menurun," jelas Maryoto.

Dari kalkulasi Maryoto, sebelum adanya ojek online, pendapatan angkutan umum bisa mencapai Rp 100 ribu per hari. Namun, sejak adanya ojek online, pendapatannya menurun hanya Rp 20 Ribu per hari.

Dari aksi tersebut, akhirnya disepakati oleh pihak Pemkot Pekalongan untuk menutup kantor salah satu ojek online yakni Gojek yang berada di Jalan Angkatan 45 No 26, Kelurahan Kraton Kidul, Pekalongan Barat, karena menang dinilai tidak berizin. Hal tersebut seperti apa yang dikatakan Sri Ruminingsih, Sekretaris Daerah Kota Pekalongan.

"Setelah kita rapatkan dan petunjuk dari Bapak Plt Wali Kota Saelany Machfudz, maka kita memutuskan menutup kantor ojek online itu," jelas Sri Ruminingsih. (JP)



Sumber: Detik.com

Berita Lainnya

Posting Komentar

0 Komentar