Info Terkini

10/recent/ticker-posts

Widget HTML

 


Kota Jambi Pilot Project Limbah untuk Energi (Waste to Energy)

Walikota Jambi Fasha Resmikan Ground Breaking IRRC 
Peletakan batu pertama yang berlangsung di Pasar dengan konsep “Go Green” Pasar Baru Talang Banjar, Rabu (27/9/2017), langsung dihadiri oleh Secretary General UCLG ASPAC Dr Bernadia Irawati Tjandradewi, Economic Affairs Officer UNESCAP Dr. Ram Tiwaree, dan Project Coordinator UNESCAP Mr. Rahul Teku Vaswani, serta pejabat utama Kementerian LHK, Direktur Penilaian Kinerja Pengelolaan Limbah B3 dan Limbah Non B3 Sinta Saptarina, Direktur Verifikasi KLHK Sayid Muhadhar.Humas
Jambipos Online, Jambi-Kota Jambi menjadi kota percontohan Pilot Project pembangunan Integrated Resource Recovery Center (IRRC) atau pengelolaan sampah untuk energi. Komitmen pembangunan persampahan berwawasan lingkungan yang dilakukan secara berkelanjutan di Kota Jambi semakin menguatkan peran Kota Jambi di kancah Nasional. 

Dibawah kepemimpinan Walilota Jambi Syarif Fasha, Kota Jambi pun terus mendapat apresiasi. Dengan lobby efektif yang dibangun Walikota Fasha yang diikuti dengan mengalirnya berbagai bantuan dari Negara dan Lembaga Donor, menunjukkan semakin tingginya kepercayaan Pemerintah Pusat dan Lembaga Internasional kepada Pemerintah Kota (Pemkot) Jambi, hingga ditunjuknya pula Kota Jambi sebagai Pilot Project pembangunan Integrated Resource Recovery Center (IRRC).

Hal itu terungkap saat Walikota Syarif Fasha meresmikan Ground Bereaking pembangunan IRRC program Waste to Energy (WTE) hibah dari UNESCAP (United Nations Environmet and Commision for Asia and the Pacific), yang juga merupakan kerja sama Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Republik Indonesia serta UCLG-ASPAC (United Cities And Local Governments Asia Pasific).
Bernaria Irawati.

Peletakan batu pertama yang berlangsung di Pasar dengan konsep “Go Green” Pasar Baru Talang Banjar, Rabu (27/9/2017), langsung dihadiri oleh Secretary General UCLG ASPAC Dr Bernadia Irawati Tjandradewi, Economic Affairs Officer UNESCAP Dr. Ram Tiwaree, dan Project Coordinator UNESCAP Mr. Rahul Teku Vaswani, serta pejabat utama Kementerian LHK, Direktur Penilaian Kinerja Pengelolaan Limbah B3 dan Limbah Non B3 Sinta Saptarina, Direktur Verifikasi KLHK Sayid Muhadhar.

Walikota Jambi Fasha dalam sambutannya mengatakan, apresiasinya kepada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, UNESCAP serta UCLG-ASPAC, yang telah menunjuk Kota Jambi menjadi pilot project program tersebut. Fasha juga mengungkapkan bahwa program Waste to Energy itu sudah dirintisnya sejak tahun 2014 lalu, ketika dirinya menjadi narasumber di Ethiophia pada forum PBB.

Saat itu dirinya menjemput bola dan berupaya melobi negara-negara donor untuk menggelontorkan dananya ke Kota Jambi. “Upaya dan kerja keras kami terbayar dengan manis, berbagai bantuan negara dan pihak donor lainnya mengalir ke Kota Jambi. Alhamdulillah mereka memandang positif kesungguhan Kota kita menjadi kota yang berkomitmen menjaga keberlangsungan lingkungan secara berkelanjutan,” kata Fasha.

Fasha juga menjelaskan manfaat yang akan diperoleh dengan program WTE tersebut, selain gas dan listrik yang nantinya dapat dimanfaatkan secara gratis oleh masyarakat, program itu juga akan mengurangi beban APBD, karena volume operasional pengelolaan sampah akan berkurang dengan sendirinya.

“Dengan adanya project ini, kami dapat menghemat APBD 30-40% atau sebesar 20-25 milyar/tahun dari 50 milyar yang selama ini kami kucurkan untuk penanganan sampah di Kota Jambi. Selain itu juga akan dapat bermanfaat bagi masyarakat disekitar lokasi pasar ini, karena hasil pengolahan sampah yang menjadi gas dan listrik itu akan dapat dimanfaatkan masyarakat setempat secara gratis,” katanya.

Sementara itu, Affairs Officer UNESCAP Dr Ram Tiware, memberi apresiasi atas komitmen Pemerintah Kota Jambi tersebut. Program yang merupakan dana hibah dari UNESCAP berkolaborasi bersama UCLG ASPAC dan Kementerian KLH RI tersebut, merupakan bukti dari perhatian dunia yang tertuju pada Kota Jambi.

“Kota Jambi telah membuktikan kesungguhan dan komitmennya sebagai kota yang memiliki konsep pembangunan berwawasan lingkungan dalam jangka panjang dan berkomitmen mengurangi dampak perubahan iklim global,” kata Dr Ram Tiwaree.

Ditempat yang sama, Direktur Penilaian Kinerja Pengelolaan Limbah B3 dan Limbah Non B3 Kementerian LHK, Sinta Saptarina pun turut mengapresiasi hasil kolaborasi yang baik tersebut. Atas nama pemerintah RI, kami mengapresiasi semua pihak semua pihak yang telah menyukseskan proyek ini. Apresiasi dan bangga terkhusus kami sampaikan kepada Walikota Fasha, sehingga Kota Jambi dapat Project skala Dunia.

“Project ini bermanfaat mengurangi sampah organik dan secara nasional turut mengurangi emisi gas efek rumah kaca. Adanya teknologi ini juga membawa paradigma baru pemanfaatan sampah bisa jadi berkah,” katanya.

Dikatakan, penanganan sampah dari hulu hingga hilir dan kontuniutas feeding sampah 2 ton perhari, hal ini bisa jadi contoh baik bagi kota lain dan direplikasikan bagi daerah lain. “Dengan keteladanan dan kepemimpinan seperti ini, saya yakin semua kendala dapat di antisipasi dengan baik. Semoga Kota Jambi selalu terdepan menjadi contoh,” ujarnya.

Berkat Lobi 

Sementara Kota Jambi pun akhirnya dipercaya menjadi tuan rumah pelaksanaan seminar lingkungan hidup internasional yang akan disponsori Kementerian LHK serta UNESCAP dan UCLG ASPAC yang akan dihadri oleh 150 negara pada bulan Desember 2017.

“Indonesia dan Kota Jambi akan jadi negara percontohan dunia untuk pemanfaatan teknologi WTE, pada bulan Desember nanti akan dilaksanakan inagurial ceremony peresmian project ini dan dirangkai dengan seminar internasional mengenai lingkungan, yang akan dihadiri oleh hampir 150 negara di dunia,” kata Fasha.

Dengan lobby efektif yang dibangun Walikota Jambi Syarif Fasha yang diikuti dengan mengalirnya berbagai bantuan dari Negara dan Lembaga Donor, menunjukkan semakin tingginya kepercayaan Pemerintah Pusat dan Lembaga Internasional kepada Pemerintah Kota (Pemkot) Jambi, hingga ditunjuknya pula Kota Jambi sebagai Pilot Project pembangunan IRRC.

Bernadia Irawati Tjandradewi, mengungkapkan bahwa Walikota Jambi berkomitmen tinggi dalam membangun kotanya, sehingga berhasil merebut bantuan tersebut. 

“Project ini berkat lobi Pak Fasha. Banyak kota yang ingin proyek ini. Di Indonesia saja hanya Kota Jambi dan Kabupaten Malang yang mendapatkannya,” katanya.

“Dengan kapasitas 2 ton perhari, program ini memiliki nilai ekonomis, menghasilkan tenaga kerja, ramah lingkungan dan bisa merubah tingkah laku masyarakat. Masyarakat Kota Jambi harus bangga, ini project percontohan bukan hanya di Indonesia, namun dunia,” katanya.

Waste to Energy dari UN-ESCAP, kreatifitas Walikota Fasha dalam membangun dukungan pemerintah pusat dan dunia internasional juga berhasil diwujudkan dalam bantuan dana hibah pembangunan Sanitary Landfiil di Talang Gulo (KFW Jerman), Swerage System (ADB), serta dari lembaga PBB UN Habitat untuk penataan kawasan kumuh di Kota Jambi.

Berbagai inovasi dan regulasi terkait pembangunan lingkungan hidup berkelanjutan itu juga telah dicanangkan Wali Kota Fasha, melalui program Bangkit Berdaya, Kampung Bantar, Kampung Iklim, Kampung Flory, Kampung Toga, Kampung Hidroponik, membangun Taman-taman Kota.

Selain itu, kewajiban Pengembang menyediakan 45% area perumahan untuk RTH, fasos dan fasum, kewajiban pemilik ruko bertingkat menamam pohon sejumlah tingkatannya, kewajiban menanam pohon bagi calon mempelai yang akan menikah, ternyata turut menjadi instrument penting menjadikan Kota Jambi bersih, sehat, indah dan nyaman. (JP-Rel/Lee)

Berita Lainnya

Posting Komentar

0 Komentar