Info Terkini

10/recent/ticker-posts

Widget HTML

 


Mantan Kadis PU Ini (Ivan Wirata) Bicara Kerusakan Jalan



Jalan Rusak Menuju Tanjung Jabung Timur.

Jambipos Online, Jambi-Mantan Kadis PU Provinsi Jambi Ivan Wirata dan Juga Calon Bupati Muarojambi Pilkada 15 Februari 2017, H Ivan Wirata ST MM MT, lewat media sosialnya bicara soal kerusakan jalan.  Berikut ini tulisan Ivan Wirata soal jalan rusak di Provinsi Jambi tersebut.

Jalan rusak. Jalan-jalan raya di Indonesia relatif cepat sekali rusak. Atau mengalami kerusakan dalam waktu yang relatif sangat pendek setelah diperbaiki. Para pemakai jalan seringkali harus menerima kenyataan bahwa banyak jalan raya cepat sekali mengalami kerusakan. Walaupun baru saja diperbaiki atau direhabilitasi. 

Masalah kerusakan dini (premature deterioration) jalan-jalan ini merupakan salah satu masalah terbesar yang dihadapi Ditjen Bina Marga. Pada umumnya, untuk problem kerusakan jalan seperti ini, masyarakat pengguna jalan selalu menyalahkan Konsultan Perencana/Supervisi Jalan atau Kontraktor Pelaksana dan Pemerintah yang membiayai pembangunan jalan ini. Mereka dikatakan ”tidak becus, mencuri, korupsi”, dan lain-lain sebagainya.

Pandangan di atas kiranya perlu diluruskan, karena biarpun pandangan tersebut ada benarnya. Ada beberapa argumentasi yang menunjukkan bahwa pandangan tersebut kurang proporsional, demikian penjelasan Profesor Ir. Mochtar Indrasurya B, Ph.D.

Menurut Prof. Ir. Mochtar Indrasurya B, Ph.D., kondisi kerusakan dini ini terutama disebabkan oleh 4 (empat) masalah, yaitu: 1. Muatan berlebihan kendaraan berat (overloaded). Diakui atau tidak, kerusakan jalan akan secara eksponensial lebih cepat terjadi akibat muatan lebih.

Disamping faktor-faktor lain seperti pengaruh lingkungan, banjir, kebijakan perumusan sasaran hingga pewujudan sasaran (atau mulai pengaturan, pembinaan, pembangunan, pengawasan, hingga pengoperasiannya) dan lain-lain.

Yang tidak mudah dipahami dan menjadi ironis adalah kesan bahwa tujuan jembatan timbang seolah-olah lebih dimaksudkan sebagai sarana perolehan distribusi atau pendapatan denda pelanggaran, sedangkan tujuan utama sebagai pengendali menjadi kabur.

Kedua Ketidaksesuaian standard mutu lapisan perkerasan jalan untuk lalu-lintas berat. Sebagai salah satu standar mutu kekuatan lapisan perkerasan aspal selama ini dikenal batas harga stabilitas Marshall ( Marshall Stability ) yang bagi lalu-lintas berat di Indonesia adalah minimal 840 kg untuk Brittish Standard, dan 680 kg atau 1500 lbs untuk AASHTO, namun standard kita saat ini mensyaratkan minimal 840 kg pada suhu 60 derajat Celsius.

Syarat minimal Stabilitas Marshall tersebut sesungguhnya hanya cocok untuk kendaraan berat dengan muatan normal, tidak dengan muatan muatan berlebihan seperti di atas. Dengan muatan yang wajar roda kendaraan truk dipompa sesuai dengan tekanan angin yang dipersyaratkan, yaitu 80 psi atau 5,6 kg/cm2 dan maksimal 100 psi. 

Akan tetapi di Indonesia dengan muatan yang berlebihan tersebut tidak mungkin lagi tekanan angin roda hanya 80 psi, karena roda belakang truk yang terdiri atas 2 ban karet akan menggelembung dan saling bergesekan.

Hampir semua roda truk di Indonesia dipompa dengan tekanan angin di atas 120 psi dan sebagian roda truk berat bahkan dipompa sampai 150 psi atau hampir 2 kali tekanan angin yang disyaratkan. Ini biasanya menggunakan ban setara 16 ply rate yang tidak diproduksi oleh pabrik ban luar negeri.

Ketiga, kekeliruan dalam pedoman penentuan tebal lapisan perkerasan jalan. Ke-empat kurang baiknya sistem drainase jalan. Banyak jalan-jalan di Indonesia yang tergenang air pada saat musim hujan, dan ini terjadi akibat buruknya sistem drainase air di sekitar jalan tersebut. 

Adanya air yang menggenangi permukaan jalan aspal menjadi salah satu penyebab utama kerusakan konstruksi perkerasan jalan, karena perkerasan aspal tidak akan kuat bertahan bila sering tergenang air.

Genangan air dapat menyebabkan kerusakan pada tanah sub-grade dibawah lapisan perkerasan, yang bila di tambah dengan volume lalu-lintas truk berat yang menyangkut muatan berlebihan merupakan kombinasi yang sangat fatal bagi perkerasan aspal.

Masalah sistem drainase ini sering terlupakan oleh para perencana jalan, pada hal sistem drainase jalan tidak hanya terbatas pada ruas jalan yang diperbaiki, akan tetapi mencakup interkoneksi saluran drainase jalan dengan sistem drainase yang lebih luas. (JP-03)




Berita Lainnya

Posting Komentar

0 Komentar