Info Terkini

10/recent/ticker-posts

Widget HTML

 


Ketika “Lubang Jarum” Menalan Korban

Hasil investigasi di lapangan masih ada ratusan aktifitas tambang emas ilegal dengan sistim lubang jarum di Jambi. Foto IST M Hasan.


Jambipos Online, Jambi-Mereka terkubur tiba-tiba di “Lubang Jarum”. Ya “Lubang Jarum”. “Lubang Jarum” adalah istilah bagi penambang emas liar dengan membuat terowongan dilokasi penambangan. Lubang Jarum ini biasanya dibuat berliki-liku didalam tanah dan bebatuannya mengandung kadar emas. Kesulitan ekonomi ditengah redupnya harga buah kelapa sawit serta terus tergerusnya harga karet petani, menyebabkan masyarakat memilih untuk cari nafkah dengan pertambangan emas tanpa ijin (PETI).

Praktik  lubang jarum PETI ini sudah lama digeluti masyarakat, khususnya di Kabupaten Merangin, Sarolangun dan lainnya. Kabupaten Merangin juga terenal dengan kekayaan alamnya, khususnya soal emas. Namun hingga kini belum ada regulasi legal yang mengatur pertambangan rakyat liar tersebut.

Dengan satu kata, menyambung ekonomi keluarga, wargapun nekat untuk membuka lubang jarum untuk mencari butiran emas yang bernilai mahal itu. Tak peduli dengan resiko bisa menghilangkan nyawa, para penambang dengan alat seadanya tetap saja “enjoy” memasuki lubang jarum demi nafkah keluarga.

Namun tragedi maut terjadi di “Lubang Jarum” Peti di dekat pinggiran Sungai Merangin, Lubuk Bacang, Desa Simpang Parit Kecamatan Renah Pembarap, Kabupaten Merangin, Senin (24/10/2016) lalu. 

Sebelas pekerja tambang yang tertimbun longsor di dalam lubang jarum dekat pinggiran Sungai Merangin, Lubuk Bacang, Desa Simpang Parit Kecamatan Renah Pembarap, Merangin dipastikan tewas terkubur. (Baca: Beginilah Lubang Jarum PETI Itu)

Upaya evakuasi yang dilakukan Tim SAR gabungan untuk para korban terjebak di dalam lubang sedalam hampir 50 meter sejak Senin sekitar pukul 13.00 WIB hingga Jumat 28 Oktober belum dapat dievakuasi.

Tim SAR bekerja dengan cara menyedot air yang masuk ke lubang tambang mengalami kesulitan. Tim SAR yang terdiri dari TNI dan Polri dan instansi terkait lainnya masih melakukan upaya evakuasi.

Di lapangan, keluarga para korban masih terus menunggu jasad kerabat mereka yang tertimbun longsor di lobang jarum itu. Tim terdiri dari Kodim 0420/Sarko dipimpin langsung Letkol Inf I Nyoman Yudhana DP, berserta anggota Koramil TNI AD sebanyak 20 orang.

Kemudian tim dari Polres Merangin dipimpin Kapolres AKBP Munggaran Kartayuga ditambah anggota Shabara Polsek Sungai Manau sebanyak 20 orang. Untuk tim SAR Brimob Pelopor B diambil alih Kompol Asep Sujarwadi dengan anggota 13 orang.

Dari tim BPBD Merangin mengirimkan 8 orang anggota ke lokasi tambang tersebut. Kapolres Merangin AKBP Munggaran Kartayuga mengatakan, hingga saat ini tim terus bekerja dalam penyelamatan sebelas korban.

“Intinya, tim kita terus melakukan pekerjaan mengurangi air di dalam lobang tersebut, karena air masuk cukup banyak,” katanya. Kata dia, karena jasad korban berada di bawah Sungai Merangin, maka tim juga memperbanyak mesin penyedot air.

Sebelumnya mesin sedot ada empat, melihat agak lambat, maka tim SAR melakukan penambahan mesin penyedot menjadi lima mesin. “Mudah-mudahan jasad ini mudah cepat bisa diambil,” ujar Munggaran.

Sementara Dandim Letkol Inf I Nyoman Yudhana DP, mengatakan, awalnya saat tim menuju ke lokasi untuk evakuasi korban, sempat jaga jarak masyarakat dengan anggota di lokasi. Namun, anggota pun terus mendekati bahwa niat dari anggota itu baik.

“Masyarakat sempat juga jarang dengan anggota, karena takut, dan tidak biasanya anggota masuk, tapi mereka pun mendekat, dan mau membahu dengan anggota,” ungkap Dandim Letkol Inf I Nyoman Yudhana DP.

“Sedangkan untuk evakuasi masih berlangsung dalam mengeluarkan air, cepat air surut agar dapat evakuasi korban, atau kemungkinan kita masih menungu sampai besok pagi, ” katanya.

Belum Dapat Dievakuasi

Sementara evakuasi terhadap 11 korban tertimbun longsor “lobang jarum” pertambangan emas tanpa izin (PETI) di Desa Simpang Parit, Kecamatan Renah Pembarap, hingga Jumat (28/10/2016) belum membuahkan hasil. Kemungkinan besar evakuasi tak dapat dilakukan mengingat air yang memenuhi lubang jarum PETI adalah aliran dari Sungai Merangin.

Bupati Merangin, Al Haris saat meninjau lokasi tambang, Jumat (28/10) mengatakan, tim SAR tidak bisa berbuat banyak karena lokasi tambang lubang jarum dipenuhi air. Tiga hari berturut-turur dilakukan penyedotan, namun debit air tidak juga menyusut.

“Tim evakuasi sudah mengambil sampel air didalam lubang tambang. Dan hasilnya ternyata sama dengan air Sungai Merangin. Air dilubang tambang itu sama dengan air Sungai Merangin. Jadi itulah penyebabnya air tidak kering-kering. Karena air Sungai Merangin yang masuk ke lubang jarum. Kita akan mencari cara lainnya untuk memperlancar evakuasi. Karena beberapa hari ini kita hanya berupaya mengeringkan air dari tambang,” ujar Al Haris.

Sebelumnya Wakil Bupati Merangin H A Khafid Moein mengatakan, berbagai kejadian dan peristiwa yang menelan korban jiwa akibat PETI di Merangin, justru tidak juga dijadikan pelajaran bagi para pelaku PETI di sejumlah kecamatan dalam Kabupaten Merangin.

Disebutkan, para pelaku PETI semakin ‘menggila’ dengan lebih memperdalam lubang galian dan terus mengejar keberadaan emas. Akibatnya, kejadian yang menelan korban jiwa kembali terjadi.

“Musibah tertimbunnya 11 orang pelaku PETI ini lanjut, merupakan musibah terbanyak menelan korban jiwa dari serentetan musibah-musibah sebelumnya. Ini artinya sudah peringatan keras. Tolong stop aktivitas PETI,” kata H A Khafid Moein.

Seperti diketahui 11 korban tewas tertimbun dilokasi PETI lubang jarum di Desa Simpang Parit, Kecamatan Renah Pembarap, Senin (24/10/2016).

Para korban tertimbun yakni Tami (45), Yung tuk (30), Siam (28), Hamzah (55), Jurnal (21), Catur (24) dan Guntur (34) merupakan warga Sungai Nilau, Kecamatan Sungai Manau. Selajutnya Cito (25) dan Zulfikar (25) warga Perentak, Kecamatan Pangkan Jambu, serta Dian Arman (53) dan Erwin warga Air Batu, Kecamatan Renah Pembarap. 

Sementara dua dari 11 korban terjebak dalam lubang jarum PETI merupakan kepala dusun. Korban Arman (53) merupakan Kadus di Desa Air Batu, Kecamatan Renah Pembarap. Sedangkan Yung Tuk (30) Kadus Koto Jayo di Desa Sungai Nilau, Kecamatan Sungai Manau. (Berbagai Sumber/Asenk Lee Saragih)

Berita Lainnya

Posting Komentar

0 Komentar