Info Terkini

10/recent/ticker-posts

Widget HTML

 


Sudirman: Pemprov Jambi Dukung Konservasi Habitat Gajah Sumatera

Jambipos, Jambi-Pj.Sekretaris Daerah Provinsi Jambi H.Sudirman, SH,MH menegaskan bahwa Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jambi mendukung konservasi habitat Gajah Sumatera, yakni dengan pelestarian bentang alam Bukit Tiga Puluh. 

Hal ini disampaikannya dalam Sosialisasi Forum Kolaborasi Pengelola Kawasan Ekosistem Esensial (KEE) Koridor Hidupan Liar di Bentang Alam Bukit Tiga Puluh Kabupaten Tebo, yang dilaksanakan pada, Kamis (9/7/2020) di Hotel Aston Jambi.

Hadir pada kesempatan tersebut Bupati Tebo Dr.H.Sukandar,S.Kom,M.Si, Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati Kementerian LHK yang diwakili oleh Kepala Seksi Pengawetan INSITU Kris  Manko Padang, Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Jambi, Koordinator Nasional FP-II.

Sudirman meyatakan, pelestarian bentang alam Bukit Tiga Puluh merupakan syarat dalam menghindari konflik manusia dengan gajah, yakni agar gajah tidak keluar Kawasan konservasi gajah.

Sudirman juga mengatakan, komitmen Pemprov Jambi terhadap perlindungan kehidupan satwa liar di Provinsi Jambi, diwujudkan dalam SK Gubernur Jambi nomor: 177/ KEP.GUB/DISHUT-3.3/2020 yang menetapkan terbentuknya Forum Kolaborasi Pengelola Kawasan Ekosistem Esensial Koridor Hidupan Liar di Bentang Alam Bukit Tiga Puluh Kabupaten Tebo.

Sudirman menyatakan bahwa Alam Bukit Tiga Puluh merupakan hutan tropis dataran rendah terletak di pusat Pulau Sumatera dan  merupakan rumah bagi bermacam satwa karismatik dan terancam punah seperti Harimau Sumatera, tapir, trenggiling dan Gajah Sumatera, serta habitat bagi pelestarian orang utan termasuk keberlangsungan hidup Gajah Sumatera di alam liar sangat tergantung pada kemampuan kelestarian dan habitatnya.

“Kerusakan habitat yang terjadi mengakibatkan tingginya konflik manusia dan Gajah Sumatera di bentang alam Bukit Tiga Puluh. Gajah Sumatera merupakan mamalia terbesar yang hidup di Indonesia dan secara spesifik hanya dapat dijumpai di Sumatera,  kemampuan menyebarkan biji-bijian dan ekosistem hutan menjadikan mamalia ini sebagai spesies payung (umbrella species). Regenerasi alami vegetasi di hutan yang sangat terbantu dengan keberadaan Gajah Sumatera.  Namun, dibalik itu semua terdapat satu hal menggelisahkan sebab kini  hampir 80% justru hidup di luar kawasan konservasi seperti areal  hutan produksi,  perkebunan kelapa sawit  dan area lainnya.  Kondisi inilah yang berpotensi menyebabkan fenomena konflik manusia dan Gajah Sumatera.” ujar Sudirman.

Sudirman mengemukakan, upaya konservasi dengan melibatkan masyarakat adalah salah satu jalan dalam perlindungan gajah di alam, karena secara tradisi, masyarakat memiliki pengalaman hidup berdampingan dengan gajah, tradisi ini adalah penghormatan terhadap gajah yang tujuannya untuk perlindungan gajah dan menghindari konflik gajah dengan manusia..  

“Manajemen berbasis bentang alam adalah terobosan baru yang dapat dilakukan, sehingga perlu dilakukan secara kolaboratif.  Menjadi menarik karena rencana pengelolaan kawasan esensial ekosistem tersebut dibingkai dengan pengelolaan koridor satwa liar terancam punah yaitu  Gajah Sumatera”, ungkap Sudirman.

Sudirman menjelaskan, KEE Koridor Gajah Sumatera adalah salah satu bentuk kompromi manajemen kawasan yang memiliki nilai ekologis tinggi namun berada di luar kawasan konservasi. 

Hal ini selaras dengan salah satu visi misi yang ingin dicapai Provinsi Jambi yaitu meningkatkan aksesibilitas dan kualitas infrastruktur umum, pengelolaan energi dan sumber daya alam yang berkeadilan dan berkelanjutan.  

“Untuk itu, pengelolaan sumber daya alam di Provinsi Jambi telah diwujudkan dalam banyak program seperti pembangunan ekonomi hijau dan percepatannya melalui Green Growth Compact, yaitu sebuah komitmen antara pemerintah, swasta, dan masyarakat yang mendorong pembangunan hijau. KEE Koridor Hidupan liar Bentang Alam di Bukit Tiga Puluh adalah contoh nyata dari Green Growth Compact yang  tengah digagas. Forum ini membutuhkan kontribusi berbagai elemen,” terang Sudirman.

Sudirman juga menyampaikan bahwa dari hasil diskusinya dengan Pemerintah Kabupaten Tebo dan Kepala BKSDA, kondisi dari tempat tersebut sudah dirambah oleh illegal logging. 

“Tadi saya bicara dengan Bapak Bupati bahwa kondisi sekarang tidak berarti kondisinya  masih asri,  Kepala BKSDA mengatakan sudah  ada illegal logging di sekitar Bukit Tiga Puluh. Kondisi  ini kalau terus-menerus dibiarkan, maka potensi alam yang ada untuk hidup habitat Gajah Sumatera menjadi berkurang dan konsekuensinya akan beralih ke luar konservasi yang banyak bersentuhan dengan kehidupan manusia.  Oleh karena itu, forum punya tanggung jawab untuk ikut juga menyelamatkan alam. Kita juga bekerja sama dengan pemerintah Riau dan dari Sumatera Barat,” tutur Sudirman.(JP-Hms/Lee)

Berita Lainnya

Posting Komentar

0 Komentar