Info Terkini

10/recent/ticker-posts

Widget HTML

 


Jika Terpilih, Ma'ruf Amin Akan Bangun Ekonomi Keumatan

Presiden Joko Widodo (kanan) didampingi Ketua MUI KH Maruf Amin (kedua kanan), Ketua Dewan Komisioner OJK (Otoritas Jasa Keuangan) Wimboh Santoso (ketiga kiri) serta Ketua Bank Wakaf Mikro Tanara Syamsudin (tengah) berdialog dengan petugas konter Bank saat Peluncuran Bank Wakaf Mikro Tanara di Serang, Banten, 14 Maret 2018. Bank Wakaf Mikro yang didirikan dengan modal hibah abadi dari sejumlah donatur, saat ini telah memiliki 30 cabang di berbagai Ponpes di Indonesia untuk melayani usaha dagang mikro dengan pemberian modal Rp1 juta - Rp3 juta tanpa bunga dan tanpa agunan. ( Foto: Antara / Asep Fatulrahman )
Ekonomi keumatan ini merupakan salah satu dari lima fokus Ma'ruf Amin jika terpilih. Ma'ruf menilai ekonomi keumatan disebut arus baru karena arus lama dibentuk oleh konglomerat.

Jambipos Online, Jakarta - Bakal calon Presiden Joko Widodo telah memilih Rais ‘Am PBNU KH Ma’ruf Amin menjadi bakal calon wakil presidennya. Jika terpilih, Ma'ruf Amin bersama Jokowi akan arus perekonomian baru yang disebutnya ekonomi keumatan.

Ekonomi keumatan ini merupakan salah satu dari lima fokus Ma'ruf Amin jika terpilih. Selain ekonomi keumatan, fokus Ma'ruf Amin yang lain adalah keutuhan bangsa, kedamaian dan keamanan, pembangunan karakter, dan penegakan hukum.

"Soal ekonomi yang saya bangun adalah ekonomi keumatan. Yaitu arus baru ekonomi Indonesia pemberdayaan ekonomi umat," ujar Ma'ruf Amin saat konferensi pers di kantor PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, Kamis (9/8/2018).

Ma'ruf menilai ekonomi keumatan disebut arus baru karena arus lama dibentuk oleh konglomerat. Menurut dia, dalam arus ekonomi lama tidak ada dampak trickel down effect, yang mendapatkan keuntungan hanya kalangan atas.

"Ini yang kemudian kita jadikan sebagai arus baru. Arus baru bukan untuk melemahkan yang kuat. Yang kuat tidak perlu dilemahkan, tetapi bagaimana menguatkan yang lemah," ungkap dia.

Karena itu, kata Ma'ruf, yang kuat dan yang lemah perlu bermitra supaya bisa saling menopang. Konglomerat, kata dia, perlu bermitra dengan usaha-usaha kecil menengah masyarakat sehingga keuntungannya tidak hanya dirasakan konglomerat dari hulu sampai ke hilir.

"Nah, yang menyiapkan produk-produknya nanti, umat yang menanam. Apa itu? Singkong. Jagung. Yang menjadi kebutuhan komoditinya. Nanti kalau sudah jadi produk yang mendistribusikannya juga umat lagi. Jadi ada kemitraan antara yang kuat dan yang lemah," terang dia.

Dia juga berupaya agar Indonesia tidak tergantung pada pangan dari luar negeri. Bangsa Indonesia, kata dia, sangat kaya akan sumber daya alam dan mempunyai sumber daya manusia yang cukup mampu. Karena itu, menurut dia, tidak perlu impor jagung, beras, dan bahan pangan lainnya.

"Istilah sekarang kedaulatan pangannya harus kita kuatkan, dan kemudian juga di dalam industrinya juga jangan kita menjadi negara pengimpor, tetapi harus menjadi negara pengekspor, menggunakan produk-produk yang bisa kita ekspor dengan melakukan teknologi tinggi," pungkas dia.(*)



Berita Lainnya

Posting Komentar

0 Komentar