Info Terkini

10/recent/ticker-posts

Widget HTML

 


Pengerukan Tanah Mengancam Rumah Warga Terseret Longsor



LONGSOR: Darwin, warga RT 17 Keluaran Paal V, Kecamatan Kotabaru, Kota Jambi, Selasa (20/9)  saat menunjukkan pundasi belakang rumahnya yang terancam ambruk akibat tanah batas rumah mereka dikeruk pemilik tanah. FOTO: Asenk Saragih

Pemkot Jambi Diminta Bangun Tanggul Penahan

Jambipos Online, Jambi-Pengerukan atau penggalian tanah yang dilakukan dua pemilik lahan di RT 17 Keluaran Paal V, Kecamatan Kotabaru Jambi mengancam sejumlah rumah warga terseret longsor. Penggalian lahan sepanjang 150 meter itu kini membuat warga waspada jika hujan turun. Bahkan warga meminta bantuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Jambi untuk menjembatani kepada Pemerintah Kota (Pemkot) Jambi dan pemilik lahan untuk membangun tanggul.

Darwin, salah satu warga RT 17 Keluaran Paal V, Kecamatan Kotabaru, Kota Jambi yang rumahnya juga terancam anjlok mengatakan, kondisi pengerukan tanah yang dilakukan pemilik lahan yakni Jefry Ricardo Simanjuntak (50) dan Firdaus (49) sepanjang 150 meter menimbulkan tebing curam di hadapan rumah warga. 

“Pengerukan tanah ini dilakukan kedua pemilik tanah sebelum lebaran lalu. Warga sudah sempat protes dengan pengerukan yang dilakukan dengan alat berat karena menimbulkan tebing yang curam di hadapan rumah warga. Bahkan pondasi rumah saya yang berbatasan dengan tanah milik orang tuanya Firdaus, Samson (70), sudah nyaris runtuh. Kami meminta bantuan DPRD Kota Jambi agar bisa menjembatani kepada Pemkot Jambi dan pemilik tanah untuk membangun tanggul pengaman,” ujar Darwin.

Menurut Darwin, warga RT 17 Paal V Kotabaru yang rumahnya terancam terseret longsor itu yakni Zulkifli, M Yusuf Syah, Wos Wicaksono, Amat Chandra, Bayas, Armawi, Hendra, Herman. “Kami awalnya sudah merembuk dengan pemilik tanah, namun tidak ada solusi jalan keluar,” kata Darwin.

Mengadu    

Warga yang rumahnya nyaris longsor mendatangin DPRD Kota Jambi untuk meminta bantuan terkait rumah warga yang nyaris terseret longsor karena adanya pengerukan tanah oleh dua orang pemilik tanah yang berada di kawasan itu.

Warga datang ke Kantor DPRD Kota, Selasa (20/9) pukul 11.00 WIB. Warga disambut oleh Anggota Komisi III DPRD Kota Jambi untuk menyampaikan keluh kesah mereka.

“Kami meminta kepada Anggota DPRD Kota Jambi untuk mencari jalan keluar, tentunya dengan wewenang yang bisa dilakukan anggota dewan,” ujar Darwin.

Warga juga mengeluhkan dengan kondisi tanah yang sangat mengkhawatirkan akan terjadi longsor, bahkan akan semakin diperparah oleh hujan lebat, akan membuat tanah rentan longsor. “Apalagi akhir-akhir ini musim hujan lebat, bisa gak tidur kalau was-was kalau longsor,” katanya.

Anggota Komisi III DPRD Kota Jambi, Sony Zainul SHmenerima warga dan mendengarkan keluhan warga tersebut. Sony berjanji dalam waktu dekat ini pihaknya akan melihat lokasi bersama Dinas Tata Ruang dan Perumahan(Distarum) Kota Jambi dan pihak terkait.

“Kita mungkin turun kalau gak hari Kamis, Jum’at bersama-sama Distarum juga. Saya juga tegaskan akan segera memangil pihak pemilik tanah, berbagai pihak untuk duduk satu meja berembuk untuk mencari jalan terbaik untuk kedua pihak (warga dan pemilik tanah). Distarum, pemilik tanah, RT, lurah, warga dan semua terkait kita duduk bersama,” katanya.

Janji

Sementara pemilik tanah Jefry Ricardo Simanjuntak saat ditemui Harian Sorot Jambi dikediamannya mengatakan, mereka mengeruk lahan seluas 20 tumbuk yang berada di belakang Kantor Camat Kotabaru itu karena ingin mau di jual.

“Kami mengeruk lahan itu karena kondisi tanah kami itu miring dan menyemak. Kan ngak mungkin kami jual tanah dengan kondisi seperti itu. Jadi kami keruk tanah agar datar dan laku untuk dijual. Kami menjual tanah itu Rp 65 Juta per tumbuk. Kami sudah berjanji akan membangun tanggul jika tanah kami itu laku. Kalau sekarang kami tak punya uang untuk membangun tanggul penahan tebing itu,” katanya.

Sementara Samson, pemilik tanah yang berseberangan dengan Perumahan Kotabaru Indah, mengaku kalau tanah yang dikeruk itu merupakan tanah miliknya. “Saat membangun perumahan itu, pihak pengembang tak ada koordinasi dengan kami. Batas tanah kami dicaplok juga untuk pondasi batas perumahan itu,” kata Samson.

Samson yang sudah menetap di wilayah itu sejak tahun 1962 itu menyebutkan, pihak warga perumahan itu juga kerap membuang sampah ke pekarangan mereka. Bahkan keluarga Samson pernah banjir akibat air dari perumahan itu mengalir ke lahan pekarangan mereka. (JP-03)

Berita Lainnya

Posting Komentar

0 Komentar