Info Terkini

10/recent/ticker-posts

Widget HTML

 


Lulus SMA, Dekri Munthe Memilih Tak Ikut Coret-coret dan Konvoi Bermotor


Ribuan siswa SMA di Kota Jambi melakukan aksi coret-coret baju seragam sembari melakukan konvoi bermotor di jalan-jalan protokol di Jambi. Tampak konvoi siswa SMA di Jalan DI Panjaitan, Jelutung Kota Jambi, Sabtu (7/5/2016) malam. Foto Asenk Lee Saragih.


Jambipos Online, Jambi-Sore itu, Sabtu (7/5/2016) Dekri Munthe, siswa SMA Yadika Jambi tampak gelisah dan tak tenang saat menanti pengumuman kelulusan SMA. Pasalnya di Kota Jambi pengumuman kelulusan SMA dijadwalkan serentak pada Sabtu 7 Mei 2016 pukul 17.00 WIB di setiap sekolah dan juga lewat website sekolah (bagi yang ada websitenya).

Dekri, yang tinggal dengan Namborunya (saudara perempuan Ayahnya) tampak penasaran menunggu hasil kelulusan. Dekri merupakan anak Kelas 12 Jurusan IPS di SMA Yadika Jambi. 

“Berangkatlah, sudah jam 5.30 menit. Pengumuman lewat surat dan hanya wali siswa yang berhak menerimanya,” ucap Dekri setengah menyuruh Rexi Munthe (abangnya) dan Jhon Morris Siregar (Lae/iparnya), Sabtu (7/5/2016) sore.

Sesaat kemudian, Rexy dan Morris berangkat menuju SMA Yadika Jambi untuk melihat pengumuman kelulusan SMA. Selang beberapa waktu hampir sekitar 45 menit, Rexy dan Morris datang dari sekolah.

“Dekri tak lulus, makanya kau belajar serius!!!!,” demikian ucapan Rexy dan Morris kompak. Dekri pun mempertegas ucapan Rexy dan Morris, “saya tidak lulus ya,” ucap Dekri sembari meneteskan air mata. 

Maklum saja, harga kelulusan itu bagi Dekri sungguh penting, mengingat kalau dirinya sudah anak Yatim Piatu sejak kecil. Namun rasa sedih itupun berubah dengan raut wajah gembira, karena Rexy dan Morris hanya menakut-nakuti Dekri dibilang tak lulus. Namun setelah Dekri meminta Surat Pengumuman dan membacanya, Dekri pun merasa lega.

Guna mensyukuri kelulusan SMA itu, Dekri tak ikut-ikutan melampiaskan kegembiraanya seperti siswa SMA lainnya di Kota Jambi yang melakukan aksi coret-coret baju sembari konvoi kenderaan bermotor tanpa memakai helm. Namun Dekri memilih berdiam di rumah sembari mengucap Syukur kepada Tuhan atas kelulusannya itu.

Konvoi Bermotor

Sementara itu, ribuan siswa SMA di Kota Jambi melakukan aksi coret-coret baju seragam sembari melakukan konvoi bermotor di jalan-jalan protokol di Jambi, Sabtu (7/5/2016) malam. Himbaun Walikota Jambi Sy Fasya untuk tidak melakukan aksi coret-coret baju seragam dan konvoi kenderaan bertomor, ternyata tak dipedulikan para siswa SMA yang merayakan kelulusan mereka.

Bahkan aparat kepolisianpun dibuat kewalahan oleh aksi konvoi bermotor tanpa menggunakan helm tersebut. Disetiap jalan-jalan protokol konvoi bermotor dijaga oleh kepolisian. Bahkan setiap persimpangan jalan, polisi tampak berjaga-jaga.

Kepolisian di Jambi mengarahkan konvoi bermotor para siswa SMA itu ke komplek Gedung Olah Raga (GOR) Kotabaru Jambi. Aksi konvoi bermotor itu berlanjut hingga pukul 20.00 WIB. 

Dampak Kabut Asap, Nilai Rata-rata Turun 20 Persen

Sedangkan hasil Ujian Nasional SMA-sederajat di Provinsi Jambi 2015-2016 cukup memprihatinkan. Nilai rata-rata siswa menurun hingga 20 persen dibandingkan dengan capaian pada UN 2014-2015 lalu.

Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jambi, Drs Rahmat Derita Harahap Mpdi mengatakan, mulai dari jurusan IPA dan IPS rata-rata nilai mereka di tiap sekolah di kabupaten/kota se Provinsi Jambi menurun hingga 20 persen.

“Meski belum ada kepastian penyebabnya, penurunan nilai ini akibat kegiatan belajar siswa pada 2015 tidak efektif lantaran kabut asap dari kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Jambi. Seharusnya mereka belajar 108 hari dalam satu semester, tapi akibat kabut asap mereka berkurang sampai 29 hari," ujarnya.

Rahmat Derita Harahap pun berdalih bahwa soal UN tahun ini yang dikerjakan oleh siswa SMA lebih sulit dibandingkan tahun sebelumnya. “Bobot soal siswa ini lebih sukar, sukar, sedang dan mudah. Kalau kita lihat, soalnya lebih sukar," katanya.

Rahmat Derita Harahap juga mengakui bahwa dunia pendidikan di Provinsi Jambi ke depan harus lebih berbedah, karena ia melihat kualitas guru pengajar sampai saat ini tidak sebanding dengan jumlah total guru di tiap kabupaten/kota se Provinsi Jambi.

“Faktanya saja dari 48 guru di Provinsi Jambi hanya 35 persen lagi yang belum lulusan S1. Kemudian sampai kini juga hanya 37 persen guru yang memiliki sertifikat mengajar. Sarana prasarana juga menjadi persoalan serius di tiap daerah. Sebenarnya idealnya satu kelas 32 siswa, tapi kenyataanya di lapangan melebihi kapasitas itu. Kemudian tidak semua sekolah di Provinsi Jambi memiliki Perpustakaan," ujarnya.

Sementara Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Jambi, Ridham Priskap, tidak menampik bahwa kualitas pendidikan di Provinsi Jambi mengalami penurunan akibat sejumlah faktor.

“Salah satunya ya masalah kebakaran hutan dan lahan kemarin membuat kabut asap sehingga siswa kita banyak libur sekolah. Pemerintah Provinsi Jambi secepatnya akan segera mengevaluasi untuk mengambil langkah untuk perbaikan kedepanya. Jelas kita akan evaluasi ini, jadi tidak hanya pusat saja Pemprov Jambi juga," katanya.

Pemerintah Pusat mulai tahun ini memberlakukan UN bukan penentu kelulusan siswa semata, melainkan oleh dewan majelis guru di setiap sekolah. “Nilai UN dilihat juga di samping melihat bagaimana karakter anak selama mengabdi di sekolah," katanya.

Ridham menyangkal bahwa penurunan nilai rata-rata lantaran UN tidak lagi sebagai penentu kelulusan. “Saya pikir tidak, ini penyebab utamanya karena kabut asap kemarin," ujar Ridham Priskab. (Asenk Lee Saragih)

Berita Lainnya

Posting Komentar

0 Komentar