Info Terkini

10/recent/ticker-posts

Widget HTML

 


Gas Elpiji Melon Menghilang, Warga Jambi Menjerit


LANGKA: Minimnya ketersediaan gas elpiji melon (3kg) ditingkat pengecer mengakibatkan warga kesulitan mendapatkan gas melon. Tampak sebuah kapal kayu tengah menurunkan ribuan tabung gas melon di Sungai Batanghari Angso Dua Kota Jambi, Kamis (22/9). Foto Usman Muhammad

Jambipos Online, Jambi-Sepekan terakhir, masyarakat di seputaran Kota Jambi dibuat kelabakan dengan menghilang Gas Elpiji ukuran tiga kilogram di wilayah tersebut. Hal tersebut bahkan membuat beberapa warga yang ada di beberapa wilayah mengaku terpaksa kembali menggunakan kompor minyak tanah untuk tetap melakukan aktifitas memasak di rumah mereka.

“Kami terpaksa menggunakan minyak tanah kembali, dari pada kompor tidak ngebul dan tidak bisa memasak,” ujar Nofrianti,seorang warga di wilayah Kelurahan Mayang Mangurai, Kota Jambi.

Hal senada juga diungkapkan oleh beberapa warga lainnya di wilayah Kotabaru, Kelurahan Sipin dan Telanai. Mereka mengaku harus menggunakan minyak tanah untuk melakukan aktifitas di dapur. “Kami hanya punya tabung tiga kilogram. Jika membeli yang ukuran 12 kilogram, kami tak punya tabungnya dan harganya mahal,” ujar Asminah, warga Kotabaru.

Penambahan Kuota

Menanggapai persoalan ini, Pengawas Bidang LPG I di PT Pertamina (Persero) Jambi, Parrama Ramadhan mengatakan, langkanya gas tiga kilogram di Kota Jambi disebabkan oleh belum adanya penambahan kuota. “Padahal kebutuhan akan gas di Kota Jambi setiap tahunnya terus bertambah,” ujarnya.

Rama menegaskan perlu adanya penambahan kuota dari pemerintah pusat agar gas tiga kilogram tidak menjadi langka di Kota Jambi. “Pendataan yang benar dari pemerintah daerah juga sangat diperlukan untuk mengajukan penambahan. Kami  hanya sebagai pendistribusi. Termasuk pengawasan ketat terkait gas tiga kilogram di lapangan,” tambahnya.

Namun demikian, Parrara menyatakan bahwa hingga kini pihaknya belum menerima laporan adanya kelangkaan dari juga dari daerahlainnya di Jambi. “Jika ternyata ada kelangkaan, kami akan cek ke daerah,” katanya.

Dari pantauan , bukan Kota Jambi saja yang mengalami kesulitan mendapatkan gas tiga kilogram tersebut. Namun kelangkaan tersebut juga terjadi di beberapa wilayah kabupaten dan kota.

Sementara itu, salah satu pemilik agen gas di Mayang, Kota Jambi, Die Samad mengatakan, kelangkaan gas ini dikarenakan lambatnya pengiriman pasokan dari pusat penyalur gas. "Jadi saat stok kita habis belum ada stok tambahan," katanya.

Die menegaskan keterlambatan pengiriman tersebut membuat pasokan agen-agen menjadi berkurang. Sehingga, banyak masyarakat yang mengira terjadi kelangkaan elpiji. "Jumlahnya tidak menentu, hanya memang stoknya berkurang. Saya biasanya ngambil di penyalur gas di Jambi ini lah," kata dia.

Sementara itu, salah satu pedagang bakso, Tio turut merasakan kelangkaan gas elpiji. Dengan adanya hal ini, maka dia harus mencari agen gas di tempat lain. "Gas elpiji langka. Susah nyarinya sudah sekitar seminggu yang lalu. Jadi mesti nyari ke tempat lain," kata Tio.

Meski begitu, Tio mengaku kelangkaan ini tidak menimbulkan kerugian terhadap usahanya. "Tidak alami kerugian, membuat kita kesulitan," pungkas dia.

Melonjak

Sementara itu, beberapa pedagang yang mengaku mendapatkan gas elpiji tersebut sebelum menghilang padapekan lalu, mengaku membeli gas dengan harga yang lumayan melonjak, yakni Rp24 hingga Rp27 ribu, dari harga normal Rp20 ribu.

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Jambi, Komari mengatakan, Kota Jambi saat ini menjadi pilot project untuk penyebaran gas 5.5 kilogram yang tidak bersubsidi. “Saat kita jadi pilot project. Ada sekitar 5.000 tabung gas 5.5 kilogram yang sudah tersebar di Kota Jambi saat ini,” katanya.

Disebutkannya, untuk gas elpiji 3 kg yang di subsidi oleh pemerintah sejauh pengawasan pihaknya tidak terjadi kelangkaan. “Rasanya tidak langka,” sebutnya.

Dia menyebutkan, saat ini memang masih banyak peruntukkan gas tiga kg tidak tepat sasaran, sehingga masyarakat yang benar-benar berhak mendapat subsidi tersebut menjadi tidak kebagian.

“Masih ada beberapa kita temukan, hotel, cafe dan usaha yang cukup besar menggunakan gas 3 kg. Kita sesuaikan mana yang harusnya dapat subsidi, mana yang tidak. Usaha-usaha yang sudah berkembang itu bisa pakai gas 5.5 kg,” ungkapnya.

Ia menghimbau agar pemilik usaha yang sudah besar, hotel, kafe dan Aparatur Sipil Negara tidak lagi menggunakan gas bersubsidi tersebut. “Kita juga himbau agar PNS jangan pakai gas tiga kg lagi,” pungkasnya.

Terkait dengan kelangkaan Gas LPG 3 Kilo, dikonfirmasi kepada anggota dewan DRPD Kota Jambi, banyak masyarakat yang mengeluhkan kepada anggota komisi II “Beberapa laporan dari masyarakat dan dari media juga mengatakan ada kelangkaan gas tiga kilo,” ujar Junaedi Singarimbun, selaku Anggota Komisi II DPRD Kota Jambi.

Komisi II DPRD Kota Jambi yang membidangi Ekonomi, Perdagangan, dan ESDM, menurut Junedi, akan segera menanggapi permasalahan yang terjadi sekarang. 

“Ini tentunya merupakan tugas kami dari Komisi II, kami sudah berkoordinasi dengan anggota komisi, mungkin hari kamis kita panggil Pertamina dan Hiswana migas untuk menindak lanjutin masalah kelangkaan gas ini,” ujarnya.

Junaedi juga menegaskan hari Kamis akan memanggil Pertamina, Khususnya SR Gasrum dan Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas (Hiswanamigas).

Disinggung tentang adanya kecurangan dilapangan yang dilakukan pihak  terkait, Juneadi mengatakan “Hari Kamis kita akan tahu berapa suplay bulan ini, kemana saja gas dikirim dan kita juga bakalan tahu gas tersebut sampai atau tidak ke pangkalan yang dikirim Pertamina,” pungkasnya.

Tidak Tepat Sasaran

Koordinator Forum Jambi Bangkit, H Nasroel Yasier menyebutkan, sepertinya pemerintah bakal mengurangi subsidi gas tersebut kepada masyarakat, sehingga dialihkan ke tabung lima kg. "Sehingga yang tiga kg dikurangi dari peredaran," ujarnya.    
       
“Penyaluran gas tiga kg selama ini tidak tepat sasaran dan belum dinikmati oleh masyarakat kecil, salah dalam penyalurannya,” Ujar Nasrul.Bahkan berdasarkan pengamatan Nasrul, gas tersebut juga dinikmati oleh warga kelas menengah ke atas,” tambahnya.

Sementara itu, dari beberapa daerah di Jambi juga dilaporkan adanya kelangkaan gas tiga kg, yakni dari; Kabupaten Tebo dan Kabupaten Tanjung Jabung Barat (Tanjabbar). 

Sementara di Kota Sungaipenuh, Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Merangin dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Tanjabtim), masih ditemukan gas elpiji tiga kg.

Dari Kabupaten Sarolangun dilaporkan, bahwa persediaan Stok Gas elpiji di Kabupaten Sarolangun masih Stabil dan pihak agen masih mendistribusikan gas ke agen-agen pasaran yang ada di sarolangun.

Di Kabupaten Tebo dan Tanjabbar, dilaporkan bahwa harga jual gas tiga kg di wilayah tersebut melambung tinggi. Dari harga eceran normal yang hanya Rp20 ribu, naik bervariasi antara Rp24 hingga Rp29 ribu per-tabungnya.

"Kami selaku agen juga kesulitan mendapatkan gas, bahkan dengan kelangkaan membuat harga meningkat, sehingga minat pembeli berkurang, karna sebelumnya harga 20 ribu, kini mencapai 27 ribu," sebut Akmal, salah seorang agen gas di wilayah Tebo. (JP-03)

Berita Lainnya

Posting Komentar

0 Komentar