Jambipos Online, Kota Jambi - Di tengah geliat ekonomi masyarakat, wajah Pasar Talang Banjar justru menampilkan potret buram penataan pasar tradisional di Kota Jambi. Lapak-lapak kosong, atap bocor, hingga drainase tersumbat menjadi pemandangan sehari-hari di pasar yang seharusnya menjadi pusat aktivitas ekonomi warga.
Dari penelusuran, fasilitas pasar yang rusak membuat suasana di dalam gedung tampak suram. Banyak lampu penerangan yang tidak berfungsi, sementara atap bocor dan genangan air di beberapa titik memperparah kondisi kebersihan. Pedagang mengaku, keadaan ini membuat pembeli enggan masuk ke dalam pasar.
“Di dalam sepi, gelap, dan kadang bau. Pembeli lebih suka belanja di luar, di pinggir jalan,” ujar Lisbet, salah seorang pedagang sayur di lantai dasar pasar, Senin (4/11/2025).
Bangunan pasar yang bertingkat juga menjadi kendala tersendiri. Struktur vertikal membuat akses pembeli ke lantai atas sulit, sementara para pedagang di lantai dua mengeluh omzet menurun drastis. Banyak kios akhirnya dibiarkan kosong karena tak lagi mendatangkan keuntungan.
Pedagang Keluhkan Kotor dan Tak Tertata
Kondisi Pasar Talang Banjar, Kota Jambi, kian memprihatinkan. Lapak-lapak kosong, bau menyengat, dan penerangan minim membuat pembeli enggan masuk ke dalam pasar.
Ani, pedagang sayur yang berjualan sejak 2002, menilai kebersihan menjadi kunci agar pasar kembali ramai. “Kalau mau ramai, pasar harus bersih dan tidak berbau. Pembeli maunya nyaman,” ujarnya.
Ia mengeluhkan akses ke dalam pasar yang terhalang pedagang kaki lima di luar bangunan utama, sehingga pengunjung sulit masuk dan memarkir kendaraan.
Keluhan serupa disampaikan Saifudin, pedagang ayam potong. Ia menilai pemerintah kurang tegas menata pedagang sehingga pasar tampak semrawut. “Dari awal tidak tegas, makanya sekarang begini. Pasar gelap, bau, lapak kosong, siapa yang mau belanja?” katanya.
Para pedagang mendesak pemerintah menata ulang pasar, termasuk memperbaiki infrastruktur dan menjadikan bangunan satu lantai agar mudah diakses pembeli.
PKL Kuasai Bahu Jalan
Setiap pagi, kawasan sekitar Pasar Talang Banjar berubah menjadi titik macet. Arus kendaraan tersendat hingga lebih dari satu jam. Penyebabnya, banyak pedagang kaki lima (PKL) yang menempati bahu jalan bahkan badan jalan untuk berjualan.
Kondisi ini tidak hanya menyulitkan pengguna jalan, tetapi juga menimbulkan keluhan dari warga yang beraktivitas pagi hari. “Kalau lewat jam tujuh ke sini, macetnya luar biasa. Anak-anak bisa terlambat sekolah,” keluh Rizal Ependi, warga Talang Banjar.
Penertiban oleh Satpol PP dinilai belum efektif. Beberapa kali operasi dilakukan, namun para PKL kembali berjualan di lokasi yang sama. Pemerintah sebelumnya telah menyediakan tempat relokasi, tetapi area baru itu sepi pembeli sehingga tidak diminati pedagang.
Persoalan Pasar Talang Banjar Kota Jambi menunjukkan kompleksitas penataan ruang ekonomi di tengah padatnya aktivitas warga kota. Di satu sisi, pasar tradisional menjadi sumber penghidupan ribuan pedagang. Di sisi lain, ketidakteraturan ruang publik menimbulkan dampak sosial dan lalu lintas yang serius.
Pemerhati tata kota menilai, solusi tidak cukup dengan penertiban semata. Pemerintah perlu melakukan perbaikan menyeluruh, mulai dari pembenahan fasilitas pasar, perancangan ulang struktur bangunan agar mudah diakses, hingga penyediaan lokasi relokasi yang strategis bagi pedagang kaki lima.
Selain itu, pengaturan arus lalu lintas dan area parkir di sekitar pasar harus menjadi prioritas agar kemacetan dapat dikendalikan. Sosialisasi antara pemerintah, pedagang, dan warga juga penting agar tercipta kesadaran bersama dalam menjaga keteraturan ruang publik.
Pasar Talang Banjar kini menjadi cermin persoalan klasik banyak pasar tradisional di Indonesia: antara kebutuhan ekonomi, tata ruang yang semrawut, dan lemahnya pemeliharaan fasilitas publik. Tanpa langkah serius, pasar yang seharusnya menjadi pusat kehidupan warga justru akan terus kehilangan denyutnya.(JPO-AsenkLee)

0 Komentar
Komentar Dilarang Melanggar UU ITE