Ribuan Siswa Keracunan, Program Makanan Bergizi Gratis Pemerintah Digerus Gelombang Kritik


Jambipos Online, Jakarta-Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) yang dicanangkan pemerintah untuk mengatasi masalah gizi anak-anak di Indonesia kini menghadapi ujian berat. Ratusan hingga ribuan siswa di berbagai daerah dilaporkan menjadi korban keracunan makanan dari program ini, memicu gelombang kritik dan desakan agar pemerintah segera melakukan perbaikan fundamental atau bahkan mengganti skema program.

​Menurut data yang dihimpun oleh Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI), jumlah korban keracunan akibat program MBG telah mencapai angka yang mengkhawatirkan, dengan lebih dari 5.360 anak terdampak hingga pertengahan September 2025. Angka ini mencerminkan masalah sistemik yang terjadi dalam rantai pasok dan implementasi program.

​Insiden keracunan yang terjadi tidak hanya terisolasi di satu atau dua wilayah, melainkan tersebar di berbagai provinsi. Salah satu kasus paling disorot terjadi di Daerah Istimewa Yogyakarta, di mana jumlah korban dilaporkan mendekati angka 1.000 siswa. 

Laporan media menyebutkan keracunan massal terjadi di sejumlah sekolah di Kabupaten Kulon Progo, Sleman, dan Gunungkidul. Analisis awal dari Dinas Kesehatan setempat menduga adanya kontaminasi bakteri seperti Escherichia coli dan Salmonella pada sampel makanan.

Menteri Purbaya Terkejut

​Kasus serupa dengan jumlah korban yang signifikan juga terjadi di beberapa lokasi lain, Garut, Lebih dari 500 siswa di empat sekolah berbeda mengalami keracunan, Bogor, Sedikitnya 210 siswa menjadi korban, Cianjur dan Tasikmalaya, Puluhan siswa terdampak, mendorong pihak DPRD setempat untuk meninjau kembali program, Kupang, Sebanyak 140 siswa mengalami keracunan setelah menyantap hidangan yang disediakan.

Para ahli gizi dan pakar kesehatan masyarakat menilai insiden ini bukan hanya kecelakaan, melainkan cerminan dari pengawasan yang longgar dan kurangnya standar higienitas yang ketat. Penyebabnya beragam, mulai dari bahan baku yang tidak segar, proses pengolahan yang tidak higienis, hingga jarak waktu antara memasak dan distribusi yang terlalu lama sehingga makanan menjadi basi.

​Di tengah desakan publik untuk menghentikan program atau menggantinya dengan uang tunai, pemerintah melalui Istana Kepresidenan tetap teguh pada pendiriannya. Juru Bicara Kantor Presiden, Prasetyo Hadi, menegaskan bahwa pemerintah tidak memiliki rencana untuk mengubah skema program MBG menjadi uang tunai.

​”Pemberian makanan secara langsung di sekolah adalah skema yang paling efektif untuk memastikan anak-anak mendapatkan asupan gizi yang dibutuhkan,” jelas Prasetyo. “Kami menyadari ada catatan-catatan penting terkait insiden yang terjadi, dan karena itu, fokus kami adalah pada perbaikan sistem, bukan penggantian skema.”

Prasetyo Hadi juga mengatakan ide tersebut sah-sah saja disampaikan oleh siapapun. Namun, dia menegaskan konsep pemberian makan siang secara langsung kepada siswa di sekolah sudah merupakan skema terbaik yang bisa dijalankan.

“Ide kan banyak, bukan berarti ide tidak baik, tapi konsep yang sekarang dijalankan dianggap oleh pemerintah dan BGN yang terbaik untuk dikerjakan,” ujar Prasetyo di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, seperti dikutip dilaman katakota.com, Sabtu (20/9/2025).

​Menurut pemerintah, program MBG memiliki dua fungsi utama: pertama, sebagai investasi jangka panjang untuk menciptakan sumber daya manusia unggul dengan memastikan gizi anak terpenuhi; dan kedua, sebagai penggerak roda ekonomi lokal dengan melibatkan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dalam rantai pasok makanan.

​Menanggapi serangkaian insiden ini, pemerintah berjanji akan melakukan evaluasi menyeluruh dan mengambil langkah-langkah konkret untuk mencegah terulangnya kasus serupa.

Rencana perbaikan tersebut mencakup adanya Peningkatan Standar, Memperketat standar higienitas dan keamanan pangan bagi seluruh penyedia makanan, dari hulu ke hilir. Melakukan Pengawasan Ketat,  mengintensifkan pengawasan di setiap titik distribusi, dengan melibatkan Badan Gizi Nasional (BGN) dan dinas kesehatan di tingkat daerah dan melakukan ​edukasi,  memberikan pelatihan dan edukasi yang lebih komprehensif kepada semua pihak yang terlibat dalam rantai pasok, mulai dari juru masak hingga distributor.

Meskipun program MBG memiliki tujuan mulia, serangkaian insiden keracunan yang terjadi menjadi tantangan berat yang harus segera diatasi oleh pemerintah. Keberhasilan program ini kini dipertaruhkan tidak hanya pada seberapa efektifnya dalam meningkatkan gizi, tetapi juga pada kemampuan pemerintah untuk menjamin keselamatan dan kesehatan jutaan anak-anak yang menjadi pesertanya. (JPO-Red)

0 Komentar

Komentar Dilarang Melanggar UU ITE